Rumah-rumahnya, sawah-sawahnya dan segala kekayaan yang ada di dalamnya.Â
Buat apa aku menyayangkan kehancurannya, kalau aku tidak dapat memanfaatkannya."
Panitis memandangi wajah Mas Hario Dalem dalam keremangan cahaya bulan.Â
Dilihatnya Benteng Surolawe itu kemudian menggigit bibirnya dan tidak lama juga terdengar ia menggeram.
"Hem..," Panitis menarik nafas dalam-dalam, meskipun ia tidak segera mengucapkan kata-kata.
"Kenapa paman berdesah?" bertanya Mas Hario Dalem.
Bersambung