Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rembulan di Atas Bayang Semu (i)

17 Juli 2019   07:34 Diperbarui: 17 Juli 2019   07:39 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Rumah-rumahnya, sawah-sawahnya dan segala kekayaan yang ada di dalamnya. 

Buat apa aku menyayangkan kehancurannya, kalau aku tidak dapat memanfaatkannya."

Panitis memandangi wajah Mas Hario Dalem dalam keremangan cahaya bulan. 

Dilihatnya Benteng Surolawe itu kemudian menggigit bibirnya dan tidak lama juga terdengar ia menggeram.

"Hem..," Panitis menarik nafas dalam-dalam, meskipun ia tidak segera mengucapkan kata-kata.

"Kenapa paman berdesah?" bertanya Mas Hario Dalem.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun