4. Perasaan
Perasaan, biasanya diartikan sebagai pernyataan jiwa yang bersifat subyektif, untuk merasakan senang atau tidak senang. Dikatakan bersifat subyektif, karena perasaan itu lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan pribadi seseorang.Â
Apa yang dirasa menyenangkan, menyusahkan, mengasyikkan, membosankan dan sebagainya oleh seseorang itu belum tentu orang lain merasakan hal yang sama walau rangsangan yang diterima itu sama.
"Bagaimana dan mengapa anak-anak berbeda-beda ? Oleh karena setiap individu adalah merupakan hasil perpaduan antara heriditet dan lingkungan, maka setiap variasi pada salah satu faktor dapat mempengaruhi hasilnya", (Witherington dalam M. Buchori, 1982}.Â
Namun demikian bukan berarti "perasaan" itu hanya sekedar gejala tambahan dari pada fungsi pengenalan semata, melainkan "perasaan" adalah fungsi tersendiri. Disamping itu, perasaan juga seringkali berhubungan dengan keadaan jasmaniah, tetapi tetap merupakan fungsi tersendiri.
Nah, keempat unsur jiwa dalam konteks pendidikan itulah yang harus disadari oleh para guru dan orang tua sebagai bahan pertimbangan utama dalam penerapan pendidikannya. Unsur-unsur jiwa tersebut harus memperoleh input yang berupa keteladanan orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya.Â
Itulah salah satu factor utama dalam pengembangan karakter anak khususnya pada saat anak masih dalam masa-masa usia emas (golden age) yaitu masa paling efektif pembentukan kualitas jiwa antara 0 -- 8 tahun. ***
Keterangan: Penulis adalah praktisi pendidikan tinggal di Kota Tuban