Perlawanan ini membuat Munir muda semakin menyala nyala. Intimidasi dan teror yang mulai menyerang dirinya tak pernah berhasil membuatnya takut. Nyali besar Munir tak kuncup walau ia digebuk aparat keamanan. Sebuah dunia yang samasekali tidak menarik bagi mahasiswa seusianya ketika itu.
Pilihan Munir juga dianggap “sinting” oleh keluarga. Ketika lulus sebagai sarjana hukum, Munir malah bergabung dengan LBH Surabaya padahal kalau saja mau Munir bisa menjadi pengacara yang lebih jelas masadepannya.
Dari membela kaum buruh, Munir terus menaikan ‘tensinya’ dengan bergabung dengan LBH Jakarta lalu mendirikan KontraS. Di KontraS Munir menjadi besar dan dianggap ‘berbahaya’. Ancaman dan teror datang silih berganti. Serangan psikis hingga fisik terus digempurkan kepada pria yang punya nama lengkap Munir Said bin Thalib.
Serangan terhadap Munir juga tergolong unik, Pada suatu ketika ada seorang wanita hamil datang kepada istrinya Suciwati dan menuntut pertanggung jawaban Munir yang telah menodainya hingga hamil.
Tuduhan menghamiili wanita ternyata tak ampuh untuk mengoyak Munir. Sang Istri terlalu kuat dan menganggap tuduhan itu hanya sebuah upaya pembunuhan karakter sang suami.
Munir memang beruntung memiliki istri se-berani Suciwati. Seperti yang diakui sendiri oleh Munir. Suciwati jauh lebih nekad daripada dirinya. Aktivis buruh ini menjadi orang dibalik kisah kisah nekad Munir dalam melawan rezim orde baru.
Darimana datangnya nyali besar Munir memang datang dari masakecilnya. Lingkungan keluarga hingga didikan Umi (sapaan untuk ibunda Munir) yang keras. Kehidupan keluarga dengan tingkat kemandirian yang tinggi. Munir diajar bertanggung terhadap apa yang ia lakukan.
Pernah Munir remaja dikeroyok tiga puluh anak muda karena ulahnya menantang berkelahi. Umi tak membela Munir malah wanita setengah baya itu menyuruh Munir bertanggung jawab dengan terus melawan para pengeroyoknya. Munirpun berkelahi walau tidak tidak seimbang.
Kesederhanan yang Dibawa hingga akhir hayat
Munir selain dikenal pemberani juga seorang yang tetap setia dengan kesederhanaan. Tak banyak aktivis yang mampu bertahan ketika tawaran kenikmatan hidup ditawarkan. Munir salah satu aktivis yang tetap memilih jalan sunyi kesederhanaan.
Maka tuduhan yang paling mengganggu Munir adalah tuduhan korupsi yang dialamatkan kepada dirinya. Walaupun tak ada satupun tuduhan korupsi yang bisa dibuktikan, Munir tetap saja menganggap tuduhan itu bentuk untuk mematikan karakternya.