Mohon tunggu...
Rusdianto AR
Rusdianto AR Mohon Tunggu... Mahasiswa

Baca buku

Selanjutnya

Tutup

Love

percakapan16

25 Juli 2025   00:32 Diperbarui: 25 Juli 2025   00:32 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penulis dari cerita Percakapan 16, sebuah kisah tentang ruang, waktu, dan percakapan yang tak pernah tersampaikan."

penulis dari cerita Percakapan 16, sebuah kisah tentang ruang, waktu, dan percakapan yang tak pernah tersampaikan.
penulis dari cerita Percakapan 16, sebuah kisah tentang ruang, waktu, dan percakapan yang tak pernah tersampaikan."

Namun waktu tidak pernah menunggu. Seperti jarum jam yang terus berputar tanpa kompromi, ia menjauhkan kita sedikit demi sedikit. Hingga tiba saat itu---hari terakhir. Kau berjalan keluar dari ruangan itu, melangkah pergi tanpa sempat menoleh. Sementara aku berdiri di ambang pintu, menggenggam selembar kertas kecil yang seharusnya berisi pengakuan---yang tak pernah sempat kuberikan.

Ruang yang Penuh Sunyi

Sejak hari itu, ruangan terasa asing. Aku tetap datang sesekali, duduk di bangku lama, menatap jendela yang kini hanya menampilkan langit kosong. Tak ada lagi suara tawamu, tak ada lagi langkah ringanmu. Yang tersisa hanya ilusi percakapan yang tak pernah sempat terucap, menggantung jauh di udara, .

Mungkin kau telah melupakan tempat itu, atau barangkali tak pernah sadar bahwa ada seseorang yang terus mengingat setiap detail tentangmu di sana. Tapi bagiku, setiap sudut ruangan ini bercerita. Tentang keberanian yang gagal, tentang impian yang tak pernah sampai, tentang rasa yang memilih bersembunyi dalam sunyi.

Pelajaran dari Keheningan

Kini, setelah waktu berlalu, aku kembali mendatangi ruangan itu. Bangkunya berubah, jendelanya berganti warna, tapi bagiku ia tetap sama. Karena yang kutemukan di sini bukan sekadar ruang kosong, melainkan sisa cerita cinta yang tersusun tampa henti. Aku sadar bahwa tidak semua perasaan harus diungkapkan, tidak semua cinta harus terbalas, dan tidak semua dialog harus dimulai. Ada kisah yang memang ditakdirkan untuk berakhir dalam diam bahkan selama-lamanya.

Dan di sanalah letak keindahannya---dalam kesederhanaan rasa yang tak pernah usai, dalam percakapan yang hanya hidup di kepala. Kini aku menulis, bukan untukmu, tapi untuk diriku sendiri. Sebagai cara berdamai, sebagai cara untuk menerima bahwa beberapa cerita cukup menjadi rahasia antara aku dan waktu.

Ruangan itu masih berdiri, menahan kisah yang tak pernah sempurna, menyimpan dialog yang tak pernah sampai. Ia adalah bukti bahwa cinta kadang tak butuh kata untuk menjadi abadi---cukup dengan keheningan yang setia.

*Rizkika*

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun