Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berikut 5 Cara Memberi Pengertian tentang Kematian kepada Anak

21 Mei 2022   07:54 Diperbarui: 22 Mei 2022   01:37 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemakaman.| Sumber: Pexels/Pavel Danilyuk via Kompas.com

Kematian adalah rahasia Ilahi. Siapapun tidak bisa menghindarinya. Tuhan berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali-Imron ayat 185 yang artinya: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati ". 

Kematian akan menimpa siapa saja terkadang seorang bayi, anak-anak, usia muda, usia lanjut semua akan mengalami mati sesuai dengan takdir yang telah ditentukan.

Kematian yang datang kepada mahluk ciptaan Allah bisa melalui berbagai macam sebab. Ada yang disebabkan oleh sakit, kecelakaan, tenggelam, keracunan, dan masih banyak lagi penyebab mati, bahkan ada yang kematian tanpa sebab. Seperti kita menjumpai seseorang meninggal setelah dibangunkan dari tidurnya. Sungguh semua menjadi misteri dan hanya Tuhan yang Maha Mengetahui.

Mengingatkan saya setahun yang lalu tepatnya Januari 2021, tiba-tiba anak bungsu saya yang masih berumur 5 tahun menanyakan:

"Ma, kenapa Abah meninggal?" Sepontan saya menjawab: "Karena sudah takdir", jawaban itu justru membuat anak menjadi bingung dan tidak mengerti. Usia anak lima tahun tentu belum mengerti apa itu takdir, walaupun jawaban itu benar. Seharusnya saya memberikan jawaban yang mudah dimengerti anak.

Berikut cara memberi pengertian terhadap anak tentang kematian

Pertama, jelaskan dengan kalimat yang mudah dimengerti anak.

Ilustrasi gambar : Giwangkara.com
Ilustrasi gambar : Giwangkara.com

Setiap anak berbeda karakter dan pemahamannya. Mereka tumbuh dan mempunyai tabiat sesuai dengan lingkungannya. Anak usia lima tahun belum tahu apa itu mati dan kematian. Bahkan mungkin belum memahami jika seseorang yang mengalami kematian tidak akan kembali selamanya.

Ketika anak saya mengetahui abahnya meninggal, dia tidak menunjukkan rasa sedih apalagi menangis, bahkan dia mengetahui proses pemulasaraan jenazah, ketika di ruang UGD pun menyaksikan Abahnya yang mengalami sakit akibat kecelakaan. Dia sempat menungguinya.

Wajah polos itu sepertinya mengetahui bahwa meninggal adalah sesuatu yang biasa. sehingga sampai beberapa minggu dari kejadian tak ada pertanyaan dari mulutnya yang mungil. 

Namun, setelah beberapa bulan dia baru menyadarinya, bahwa sosok yang sering membelikan mainan tidak bersama lagi untuk selamanya. Dari situlah akhirnya pertanyaan itu muncul.

Sebaiknya memberikan jawaban dengan jujur dan apa adanya, saya menyampaikan pada si kecil bahwa: "Abah meninggal karena menghadap sang pencipta, dulu Abah diciptakan oleh Tuhan, dan saat ini dipanggil untuk menghadap Tuhan. Jika orang telah menghadap Tuhan maka tidak akan kembali lagi bersama kita."

Jawaban itu memang agak mbulet dipahami namun saya harus menyampaikan apa adanya. Waktu itu semua anggota keluarga menyaksikan Abah dikebumikan, dia juga tahu ketika abah dimasukkan ke liang lahat. Sehingga kalimat "tidak akan kembali bersama kita" sangat dimengerti.

Saat kami berziarah ke makam Abah/Dokumentasi pribadi
Saat kami berziarah ke makam Abah/Dokumentasi pribadi

Kedua, mengajaknya untuk mendoakan

Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR Muslim).

Perlu disampaikan juga bahwa mereka yang telah berpulang dan menghadap sang Ilahi selalu mengharapkan doa dari keluarganya terutama doa anak-anaknya.

Untuk memberikan pengertian di atas saya selalu mengajak anak-anak untuk mendoakan Abah. Bahkan setiap Hari Jumat kami selalu menyempatkan untuk berziarah ke makam Abah. 

Hal ini sebagai pengingat bahwa kematian adalah takdir yang tidak bisa dihindari. Jika Tuhan menghendaki maka saat itu juga kematian akan menghampiri.

Ketiga, jangan bosan mendengar pertanyaan yang berulang.

Terkadang anak-anak akan menanyakan suatu pertanyaan yang sama dan diulang dalam waktu yang lama. Maka hendaklah sebagai orangtua menyampaikan dan memberikan jawaban seperti apa yang pernah kita sampaikan dahulu.

Memang tidak mudah memberikan pengertian tentang kematian terhadap anak, karena mereka mempunyai daya hayal sendiri. pernah juga suatu ketika menanyakan, "Ma, sekarang Abah lagi apa ya?"

Pertanyaan semacam ini tentu tidak kita duga, namun wajar terlontar dari anak usia lima tahun, maka jawaban yang bisa disampaikan adalah "Saat ini Abah menunggu doa-doa kita dan jika kita mendoakan maka dia bahagia dan menjadi tenang dalam kuburnya."

Keempat, kondisikan dalam situasi yang aman dan nyaman.

Situasi rumah setelah ditinggalkan salah satu dari anggota keluarga tentu sangat berbeda. Ada kondisi dan kebiasaan yang sering dilakukan dengan almarhum. Sebagai orangtua sebaiknya kita menyadari dan mengalihkan perhatian si kecil dari kebiasaan-kebiasaan itu.

Misalnya jika si kecil sering merajuk minta mainan pada almarhum maka hendaklah dipahami dengan hati yang lapang. Jangan malah ketika anak menangis, si Ibu atau anggota keluarga yang lain ikut menangis.

Alihkan perhatian dengan mengenalkan teman bermain, mengajaknya jalan-jalan, mengunjungi wahana permainan untuk menghiburnya, membelikan mainan yang dapat menyibukkannya sehingga melupakan pengalaman yang pernah dilaluinya.

Kelima, tanamkan sikap berani dan tidak minder.

Perkembangan psikologis anak yang didampingi orangtua lengkap tentu berbeda dengan anak yang hanya mempunyai salah satu ayah atau ibu saja. Dalam situasi tertentu anak akan membutuhkan kehadiran orangtuanya. Saat seperti inilah terkadang anak merasa kurang percaya diri.

Misalnya, saat anak menerima rapor, biasanya yang mendampingi si ayah, namun sepeninggal ayah akhirnya akan diwakili oleh ibunya. Terkadang anak akan mengalami perasaan yang berbeda.

Dengan pelan dan penuh kesabaran kita harus memberikan pengertian yang baik sehingga anak akan menerima kondisi yang harus dialaminya.

Seperti juga di sekolah saya, ada anak yatim piatu yang masih kelas dua, kedua orangtuanya sudah meninggal, ketika pengambilan rapor dia tidak masuk sekolah, dia menjadi pendiam dan sering tidak masuk sekolah tanpa alasan. Bahkan ketika rapot akan diambilkan neneknya, dia menjadi marah-marah sambil menangis.

Menurut penuturan neneknya, terkadang dia marah tanpa sebab, dia membenci lingkungan sekitarnya yang tidak bisa menghadirkan sosok ayah atau ibunya.

Bapak dan ibu, penting bagi kita untuk memberikan pengertian pada anak tentang apa itu kehidupan dan kematian. Mengajak mereka berbicara dan memberikan perumpamaan dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami.

 Walhasil kematian adalah rahasia Ilahi yang tidak bisa dihindari.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun