Mohon tunggu...
Satria Widiatiaga
Satria Widiatiaga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Alam

Guru di Sekolah Alam Aminah Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bagaimana Cara Membentengi Anak Dari Pengaruh LGBT? Berikut Tipsnya!

11 Mei 2024   05:44 Diperbarui: 11 Mei 2024   10:53 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi Anti LGBT di kalangan Anak-Anak (sumber: VOA Indonesia)

Pada awal bulan ini, di Boyolali sempat dikejutkan kasus pembunuhan mutilasi yang dilatarbelakangi selain berniat menguasai harta korban, tetapi juga masalah asmara hubungan sesama jenis, dimana baik korban dan pelakunya adalah sama-sama berjenis kelamin laki-laki. Diketahui keduanya sudah menjalin 'asmara' sudah selama setahun. Namun, naas pada awal bulan lalu, korban dibunuh dan dimutilasi oleh pelaku karena alasan asmara dan ingin menguasai harta korban yang juga merupakan pengusaha tembaga di Boyolali.

Kasus ini yang saya soroti adalah masalah - Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT ) ternyata masih menjadi isu yang patut kita cermati dalam permasalahan sosial masyarakat. Kasus pembunuhan karena asmara, bisa saja muncul dari pasangan Heteroseksual, namun jika hal tersebut terjadi pada pasangan homoseksual, tentunya akan membawa aib memalukan bagi keluarga bersangkutan, mengingat masyarakat Indonesia yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan ketimuran.

Bagi saya pribadi, jika ada orang dewasa yang memilih pilihan hidup sebagai LGBT, saya tak mempermasalahkannya dan takkan menganggunya.  Namun sebagai guru SD, saya berada di garis depan menolak keras keberadaan mereka jika individu-individu LGBT tersebut mencoba untuk menyebarkan faham LGBT ke masyarakat luas, entah itu membentuk komunitas, mengkampanyekan LGBT, atau bahkan menyebarkan pesan-pesan terselubung tentang LGBT.

Karena upaya-upaya tersebut juga tentunya akan menganggu ketentraman keluarga-keluarga heteroseksual yang ingin anaknya tumbuh kembang sesuai kodrat fitrah jenis kelaminnya.  Perihal ini mengingatkan dimana saya pernah chat dengan orang Jerman yang mengkampanyekan LGBT. Dimana dia berargumen bahwa orang-orang yang mengaku beragama terlalu kejam memperlakukan kaum LGBT hanya karena berdasar dogma agama. Lalu saya pun membalas dengan bertanya, apakah orangtuamu yang melahirkanmu, pernah terpikir bahwa kamu tumbuh menjadi seorang gay, ketika beranjak dewasa ?. Dia pun terdiam dan lantas mengakhiri chat tersebut.

Bagi saya yang seorang guru, membentengi anak-anak dari pengaruh LGBT, bukan sekedar karena perintah agama ?, tetapi bagaimana rasio pikiran manusia untuk menggunakan akal dalam mengambil keputusan. Dalam ilmu Pedagogi di Negara manapun, sekalipun itu di negara barat, yang namanya nilai-nilai maskulin sudah pasti diajarkan untuk anak laki-laki, sementara nilai-nilai feminim diajarkan untuk anak perempuan, dikarenakan pembelajaran usia  dini juga harus menyesuaikan jenis kelaminnya. Perkara jika setelah dewasa dia memilih menjadi seorang gay atau lesbian, itu kembali ke individu masing-masing, tetapi sebagai pendidik harus wajib mengajarkan boneka Barbie itu mainan anak perempuan dan robot Gundam itu mainan anak laki-laki.

Dunia pendidikan Indonesia sempat dihebohkan dengan terbongkarnya grup Whatsapp siswa LGBT di sebuah sekolah dasar di Riau pada pertengahan tahun 2023, belum lagi diketahui ada sekolah internasional di Jakarta yang menurut penelusuran Youtuber, Daniel Mananta mengindikasikan ada agenda LGBT pada sebuah program di sekolah tersebut. Program tersebut dinamakan Woke Agenda, yaitu dimana setiap siswa mengungkapkan perasaan seksualnya.

Di Negara-negara Eropa Barat, keberadaan LGBT sudah sangat diakui dan terlegitimasi, bahkan dapat disahkan dalam status perkawinan. Sementara di Indonesia, perkembangannya ternyata cukup pesat tanpa disadari.

Adalah peneliti bidang sosial, Toba Sastrawan Manik yang melakukan riset perkembangan LGBT di Indonesia pada tahu 2021, menjelaskan perkembangan jumlah LGBT yang terus meningkat setiap tahunnya, bahkan kelompok tersebut sudah memiliki komunitas gay terbesar di Asia Tenggara yang bernama 'Gaya Nusantara' tersebar di 11 kota besar di Indonesia.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)  Erlinda di dalam laman website KPAI menyatakan, LGBT merupakan penyimpangan terhadap moral, agama dan undang-undang. Di dalam UU Perlindungan Anak dan KUHP, beliau menjelaskan, jika pemahaman atau propaganda LGBT dilarang keras untuk disebarkan kepada anak-anak atau yang belum cukup umur.

Tentunya hal tersebut sangat meresahkan bagi para pendidik dan orang tua yang ingin anak-anaknya tumbuh kembang sesuai kodrat fitrahnya. Hal tersebut dikarenakan apabila seseorang telah dewasa dan memutuskan menjadi LGBT, maka akan sulit untuk mengembalikan fitrahnya sesuai jenis kelaminnya. Maka dari itu diperlukan upaya-upaya untuk membentengi anak-anak kita dari pengaruh LGBT semenjak usia dini, berikut tips-tipsnya.

Pendidikan Seks Usia Dini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun