Terkadang anak-anak akan menanyakan suatu pertanyaan yang sama dan diulang dalam waktu yang lama. Maka hendaklah sebagai orangtua menyampaikan dan memberikan jawaban seperti apa yang pernah kita sampaikan dahulu.
Memang tidak mudah memberikan pengertian tentang kematian terhadap anak, karena mereka mempunyai daya hayal sendiri. pernah juga suatu ketika menanyakan, "Ma, sekarang Abah lagi apa ya?"
Pertanyaan semacam ini tentu tidak kita duga, namun wajar terlontar dari anak usia lima tahun, maka jawaban yang bisa disampaikan adalah "Saat ini Abah menunggu doa-doa kita dan jika kita mendoakan maka dia bahagia dan menjadi tenang dalam kuburnya."
Keempat, kondisikan dalam situasi yang aman dan nyaman.
Situasi rumah setelah ditinggalkan salah satu dari anggota keluarga tentu sangat berbeda. Ada kondisi dan kebiasaan yang sering dilakukan dengan almarhum. Sebagai orangtua sebaiknya kita menyadari dan mengalihkan perhatian si kecil dari kebiasaan-kebiasaan itu.
Misalnya jika si kecil sering merajuk minta mainan pada almarhum maka hendaklah dipahami dengan hati yang lapang. Jangan malah ketika anak menangis, si Ibu atau anggota keluarga yang lain ikut menangis.
Alihkan perhatian dengan mengenalkan teman bermain, mengajaknya jalan-jalan, mengunjungi wahana permainan untuk menghiburnya, membelikan mainan yang dapat menyibukkannya sehingga melupakan pengalaman yang pernah dilaluinya.
Kelima, tanamkan sikap berani dan tidak minder.
Perkembangan psikologis anak yang didampingi orangtua lengkap tentu berbeda dengan anak yang hanya mempunyai salah satu ayah atau ibu saja. Dalam situasi tertentu anak akan membutuhkan kehadiran orangtuanya. Saat seperti inilah terkadang anak merasa kurang percaya diri.
Misalnya, saat anak menerima rapor, biasanya yang mendampingi si ayah, namun sepeninggal ayah akhirnya akan diwakili oleh ibunya. Terkadang anak akan mengalami perasaan yang berbeda.
Dengan pelan dan penuh kesabaran kita harus memberikan pengertian yang baik sehingga anak akan menerima kondisi yang harus dialaminya.