Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berikut 5 Cara Memberi Pengertian tentang Kematian kepada Anak

21 Mei 2022   07:54 Diperbarui: 22 Mei 2022   01:37 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemakaman.| Sumber: Pexels/Pavel Danilyuk via Kompas.com

Terkadang anak-anak akan menanyakan suatu pertanyaan yang sama dan diulang dalam waktu yang lama. Maka hendaklah sebagai orangtua menyampaikan dan memberikan jawaban seperti apa yang pernah kita sampaikan dahulu.

Memang tidak mudah memberikan pengertian tentang kematian terhadap anak, karena mereka mempunyai daya hayal sendiri. pernah juga suatu ketika menanyakan, "Ma, sekarang Abah lagi apa ya?"

Pertanyaan semacam ini tentu tidak kita duga, namun wajar terlontar dari anak usia lima tahun, maka jawaban yang bisa disampaikan adalah "Saat ini Abah menunggu doa-doa kita dan jika kita mendoakan maka dia bahagia dan menjadi tenang dalam kuburnya."

Keempat, kondisikan dalam situasi yang aman dan nyaman.

Situasi rumah setelah ditinggalkan salah satu dari anggota keluarga tentu sangat berbeda. Ada kondisi dan kebiasaan yang sering dilakukan dengan almarhum. Sebagai orangtua sebaiknya kita menyadari dan mengalihkan perhatian si kecil dari kebiasaan-kebiasaan itu.

Misalnya jika si kecil sering merajuk minta mainan pada almarhum maka hendaklah dipahami dengan hati yang lapang. Jangan malah ketika anak menangis, si Ibu atau anggota keluarga yang lain ikut menangis.

Alihkan perhatian dengan mengenalkan teman bermain, mengajaknya jalan-jalan, mengunjungi wahana permainan untuk menghiburnya, membelikan mainan yang dapat menyibukkannya sehingga melupakan pengalaman yang pernah dilaluinya.

Kelima, tanamkan sikap berani dan tidak minder.

Perkembangan psikologis anak yang didampingi orangtua lengkap tentu berbeda dengan anak yang hanya mempunyai salah satu ayah atau ibu saja. Dalam situasi tertentu anak akan membutuhkan kehadiran orangtuanya. Saat seperti inilah terkadang anak merasa kurang percaya diri.

Misalnya, saat anak menerima rapor, biasanya yang mendampingi si ayah, namun sepeninggal ayah akhirnya akan diwakili oleh ibunya. Terkadang anak akan mengalami perasaan yang berbeda.

Dengan pelan dan penuh kesabaran kita harus memberikan pengertian yang baik sehingga anak akan menerima kondisi yang harus dialaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun