Mohon tunggu...
Fajrin Al Khomsa
Fajrin Al Khomsa Mohon Tunggu... -

Seorang Indonesia yang menolak dijajah dalam bentuk apapun

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

"No More Jokowi In 2019", Refleksi 2018 dan Kenapa Tidak Jokowi Lagi

31 Desember 2018   14:58 Diperbarui: 31 Desember 2018   15:32 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
/orangindonesiabahagia.blogspot.com

Ini adalah satu hari dalam hitungan jam menuju pergantian tahun. Hal lumrah setiap 31 Januari akan kita semua masuki situasi bye tahun ini, welcome tahun depan. Pergantian waktu dalam hitungannya juga adalah hal yang sangat natural. Tinggal bagaimana setiap dari kita memaknai dan dengan gaya masing-masing untuk menjalani pergantian dan pertambanan satu angka dalam hitungan yang menjadi kepala setiap 365 tanggal-tanggal.

Ah tapi tidak seperti biasanya. Kali ini segenap bangsa Indonesia kompak menjadikan pergantian bye 2018 dan welcome 2019 ini jadi sebuah momentum kebangkitan pergerakan atas hasrat kemenangan rakyat dan perlawanan dari segala bentuk kehancuran yang memang sudah harus dihentikan. Tahun yang dinanti untuk menumbangkan tiang congkak dengan gelombang kekuatan nurani dan akal.

Saya adalah peson yang tidak terlalu menganggap tahun baru adalah sesuatu yang spesial. Tapi sama seperti segenap pejuang kedaulatan yang kini menyatu dalam spektrum harapan perubahan dan perbaikan, saya tidak sabar untuk memasuki tahun penentu eksistensi bangsa kita dalam waktu dekat hingga masa depan yang bahkan mungkin saya sudah tidak ada disitu. 

Mungkin ada yang bertanya sebegitu bencikah saya dan orang-orang sealiran dengan saya denga beliau? Ini bukan soal kebencian, apalagi pada satu sosok yang sebenarnya saya memilih untuk tidak ingin tahu siapa dia sebenarnya, sampai pada suatu kondisi. Kondisi saat saya dan orang-orang ini muak dengan keadaan yang semakin memburuk atas kelalaian kita semua, bukan salah satu orang itu saja. 

Maka kami ingin memperbaiki kesalahan itu dengan tidak lagi memberi tempat dan waktu. Bukan lagi-lagi soal sosok secara personal tapi apa yang sudah ia perbuat dan gerombolannya timbulkan dimasa ter-AH sepanjang saya hidup .

Memang tidak serta merta di 1 Januari 2019 akan langsung NO More, tapi dengan sudah kita masuki 2019 lewat gerbang 1 Januarinya adalah awal dari waktu yang pergantian itu menjadi lebih dekat dan nyata.

Untuk segenap bangsa Indonesia, saudara-saudara ku sebangsa setanah air, ini adalah penguat atas dorongan perbaikan yang harus jadi kekuatan baik bagi kita semua. Berikut adalah potongan-potongan masa lalu kita sebagai bangsa yang tidak boleh lagi jadi hantu dan kegilaan ditahun awal kemenangan rakyat kelak. 

Ini adalah vitamin pahit yang mau tidak mau harus kita telan agar penyaakit akut yang kini negeri kita derita sembuh dengan momentum 2019, karena kita tahu setiap ada yang dengan nurani menyebut dengan  berteriak '2019' akan disahut kalimat magis yang ditakuti mereka yang tidak ingin bangsa kita berdaulat karena untung bagi mereka akan lenyap.

Pertama, nilai tukar Rupiah terhadap USD berhasil menduduki posisi paling tinggi sepanjang sejarah keuangan bangsa kita. Boleh saja pemerintah melempar ketidak becusan ini kepada kondisi luar negeri yang ini dan itulah. Namun orang gila mana yang mau begitu saja manggut-manggut saat kita semua tahu, secara sederhana yang bisa benar-benar kita kontrol adalah dalam negeri kita, maka jangan salahkan yang diuar rumah tangga negara kita. Memang pasti ada pengaruhnya, tapi apa guna negara saat baru setelah terjadi saja mencari pembelaan dengan meyalahkan yang tidak akan bereaksi. Walau sudah mengakui kekhawatirannya, salah satu sosok yang paling sering menjadi corong nama yang saya tulis di judul malah bersilat lidah dengan menyebut bukan Rupiah yang Melemah tapi Dolar yang menguat. Begitukan.

Kedua,meroketnya ekonomi yang dikatakan tanpa mikir oleh pak de dengan latar belakang pohon dan rerumputan hijau malah terjadi pada meroketnya hutang luar negeri Indonesiaa tercinta ini. Meroketnya hutang kita adalah tanda lemahnya pemerintah dalam menegelola keuangan negara. Tapi tidak berlebihan rasanya ada yang mengambil keuntungan dengan terus berhutangnya Indonesia pada sejumlah negara, entah itu dari nilai hutang itu sendiri atau arah lain dari negeri yang memberi hutang itu, entahlah. Kemudian dengan bangga hutang itu dijadikan sebagai bahan baku kue beracun bernama prestasi infrastruktur pak de.

Ketiga, sembako mahal dan impor pangan yang diluar nalar. Terus akan terus dianggap dongen oleh penguasa dengan kata-kata itu semua tidaklah nyata. Seolah jeritan emak-emak dan tidak terpenuhinya kecukupan gizi anak-anak Indonesia sama sekali tidak dapat mereka lihat, dengar dan ketahui. Malah dengan sengaja antek-antek pak de shooting dipasar untuk memanipulasi kenyataan, bukannya bergerak memperbaiki keadaan urusan perut rakyat yang tidak boleh dianggap remeh bila ada niat membuat bangsa ini besar. Bangsa yang lapar tidak akan bisa berbuat banyak adalah kondisi real, atau mungkin sengaja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun