Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Paradoks Cinta dan Cium yang Melenakan

14 Januari 2012   07:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13265268321867599881

[caption id="attachment_155893" align="aligncenter" width="356" caption="Blue Butterflies. Foto: gapphotos.com"][/caption] Gerimis turun tak berhenti. Angin dingin berhembus masuk ke dalam rumah melalui jendela- jendela lebar. Senyap di rumah kayu. Pradipta dijemput para sepupu tadi untuk pergi ke rumah sang sepupu. Nanti sore, Kuti dan Dee akan menjemputnya ke sana. Si kembar sedang tidur. Jam- jam seperti ini memang jam tidur mereka. Kuti duduk menghadapi komputerya dan menuliskan sesuatu di sana. Dee datang menghampiri dengan segelas coklat hangat untuknya. " Trims 'yang, " kata Kuti. Dee tersenyum dan duduk di samping Kuti. Dia merapatkan posisi duduknya pada sang suami. Kuti tersenyum dan menyambut kemesraan itu. Dengan sebelah tangan, dipeluknya Dee dan dibelainya rambut sang istri. Setelah beberapa saat, dilepaskannya pelukan itu dan mulai menulis lagi. " Cinta, cinta, cinta... " Dee mengintip apa yang sedang ditulis Kuti, " Mmm... cinta lagi 'yang, topiknya ? Sumber inspirasi yang tak pernah habis, ya, cinta itu, " kata Dee tertawa. Kuti tersenyum sambil jemarinya terus menekan keyboard komputer. Kalimat demi kalimat terangkai dalam tulisannya. Dee meraih sebuah buku yang tergeletak tak jauh dari situ. " Lihat tulisan ini, 'yang. Juga tentang cinta. Bagus sekali. " Kuti membaca halaman yang ditunjukkan Dee dalam buku itu. Tulisan berjudul Love's Philosophy, ditulis oleh Percy Bysshe Shelley.

The fountain mingle with the river And the rivers with the ocean The winds of heaven mix forever With a sweet emotion; Nothing in the world is single, All things by a law divine In one another's being mingle -- Why not I with thine ? See the mountains kiss high heaven And the waves clasp one another ; No sister-flower would be forgiven If it disdain'd its brother; And the sunlight clasps the earth, And the moonbeams kiss the sea -- What are all these kissing worth, If thou kiss not me ?

" Bagus ya ? " komentar Dee ketika dilihatnya Kuti telah selesai membaca tulisan yang ditunjukkannya, dan tanpa menunggu komentar Kuti, Dee melanjutkan kata- katanya, "Tulisan itu menggambarkan dengan baik pemahaman- pemahaman dasar tentang cinta..." Dee lalu melanjutkan bicaranya lagi, " Konon 'yang, kalau kita bicara cinta, kita harus juga memahami tentang eksistensi manusia. Memahami bahwa dalam diri setiap manusia ada kesadaran bahwa tiap manusia itu terpisah dari manusia lain. Dan hal ini menimbulkan rasa kegelisahan dalam diri manusia itu. Untuk mengatasi rasa kegelisahan itulah, maka manusia berusaha bersatu dengan manusia lain. Dalam pergaulan sosial, kita melihat manusia bergabung dalam kelompok- kelompok. Dalam kondisi lain, manusia menemukan satu manusia lain yang membuatnya ingin memberikan cintanya pada orang tersebut... " " Jadi, pada dasarnya cinta muncul karena keinginan dasar manusia untuk bersatu dengan manusia lain? " komentar Kuti. " Konon begitu... " jawab Dee. Dan dia tiba- tiba teringat sesuatu, " Eh, kamu pernah dengar tidak bahwa ada paradoks dalam cinta ? " " Paradoks cinta ? " tanya Kuti, " Coba aku tebak. Kamu bilang tadi, cinta itu muncul karena keinginan manusia untuk bersatu dengan manusia lain. Kalau bicara paradoks, berarti, selain bersatu, sebetulnya walau saling cinta, seseorang akan tetap utuh sebagai suatu pribadi, tidak lalu kehilangan identitas dirinya sebagai individu. Betul tidak ? " Dee mengangguk. " Iya, " jawabnya, " Cinta yang sehat memang seperti itu. Aku dan kamu menjadi kita, tapi ada saat- saat dimana aku tetap menjadi aku, dan kamu tetap kamu. Cinta yang sehat juga memberikan ruang bagi masing- masing orang yang mencinta itu untuk tetap mengembangkan dirinya sebagai individu... " Sebenarnya Dee masih akan melanjutkan kalimatnya, tapi dia lalu berhenti berbicara karena tiba- tiba dilihatnya Kuti tampak seperti menahan tawa serta matanya berkilat menggoda. Belum terpikir olehnya apa yang lucu dari percakapan mereka sebelumnya ketika terdengar olehnya suara Kuti, " Kamu masih juga sama ya Dee... " " Sama apanya ? " tanya Dee tak mengerti " Ya itu, sama seperti kamu yang aku kenal sejak dulu, " jawab Kuti. Matanya makin berkilap menahan tawa. " Iya, tapi sama yang mana yang kamu maksud ? " tanya Dee " Itu lho, " jawab Kuti, " Saat kamu membaca tulisan yang kamu tunjukkan pada aku tadi, kamu lalu berpikir tentang segala dasar pemikiran tentang cinta, eksistensi manusia, paradoks cinta, tentang cinta yang sehat, dan sebagainya tadi itu... Kamu sering memilih cara yang sukar, padahal..." " Padahal apa ? " tanya Dee tak mengerti " Aku pikir tadinya kamu bisa mengartikan tulisan itu dengan cara yang lebih sederhana, " jawab Kuti tertawa. Dee menatap suaminya, belum juga mengerti apa yang dimaksudkan sang suami yang tawanya makin melebar itu. " Begini Dee, " kata Kuti, " Tulisan itu kan bisa saja diartikan secara sederhana bahwa kamu... " " Aku... apa ? " tanya Dee tak sabar " Bahwa kamu ingin dicium... lagi... " jawab Kuti makin tergelak. Dee turut tertawa dan menjawab, " Ngaco! " Kuti tersenyum, dan masih dengan tatapan menggoda berkata pada istrinya, "Ngaco ? Maksudmu, kamu tidak ingin aku cium ?" Mmmmm... Dee tak langsung menjawab. Dia menimbang- nimbang apa jawaban yang harus diberikan pada Kuti. Menjawab tidak, tentu tidak benar. Menjawab iya... aduh, menyebalkan sekali, pasti Kuti akan berkepanjangan menggodanya... Kuti tersenyum melihat istrinya dan berkata, " Sudahlah Dee, tidak usah mencari jalan yang sukar... Tak perlu dijawab. Ada cara lain yang lebih mudah. Sini ... " kata Kuti menarik istrinya ke dalam pelukan. Dan... Dee menahan nafas ketika jemari Kuti membelai pipinya. Dia kemudian merasakan ciuman lembut suaminya. Perlahan setelah itu, Dee merasa dirinya mulai melayang. Untuk kedua kalinya pada suatu hari di paruh kedua Januari itu. Di luar sana, dua ekor kupu- kupu biru terbang berkejaran sementara sepasang burung menyenandungkan lagu cinta di ranting pohon cemara...

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun