Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Iwan Fals Sebenarnya Dukung Jokowi atau Prabowo?

4 Maret 2019   07:05 Diperbarui: 4 Maret 2019   14:54 4406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara pribadi sebenarnya tidak penting bagi saya untuk mengetahui siapa Capres yang didukung Iwan Fals dalam Pilpres 2019, atau Capres mana sebenarnya yang didukung oleh mayoritas artis terkenal Indonesia.

Dan biasanya untuk masalah-masalah yang tidak penting, saya cenderung tidak tertarik untuk menuliskannya dalam sebuah artikel. 

Tapi untuk sosok yang satu ini mungkin cukup penting dibahas karena ada hal-hal lain menyertainya seperti salah satunya adalah : banyak pendukung 01 yang mengklaim bang Iwan dukung Jokowi, begitu juga banyak pendukung 02 yang mengklaim sebaliknya. Ada baiknya diluruskan agar tidak menjadi gossip-gosip yang tidak berguna.

SEBERAPA BESAR PENGARUH DUKUNGAN TOKOH TERKENAL TERHADAP ELEKTABILITAS SEORANG CAPRES?

Seperti yang sudah saya bahas pada artikel-artikel sebelumnya, Pilbup, Pilgub dan Pilpres itu tidak tergantung sama sekali pada kekuatan mesin politik parpol pendukung. Yang paling dominan menentukan Elektabilitas (Tingkat Keterpilihan) seorang Capres adalah Personal Brandingnya.

Dan berbicara efektifitas dari Personal Branding seorang Capres sebenarnya hal itu hanya berlaku pada masyarakat perkotaan ataupun pada kalangan masyarakat yang sudah terbiasa menerima informasi dan terbiasa mengakses berita dalam sehari-harinya.

Sementara untuk masyarakat Pedesaan yang tidak setiap hari membaca berita maupun tidak setiap hari menerima informasi baik dari media social maupun lainnya, Branding seorang Capres sangat tergantung pada aspirasi dari tokoh-tokoh yang disegani di sekitar masyarakat tersebut.

Masyarakat Pedesaan terlebih lagi masyarakat pedalaman mereka cenderung mengikuti apapun petunjuk tokoh-tokoh yang ada, apakah Kepala Desa mereka, Tokoh Agama ataupun Tokoh masyarakat yang mereka percayai.

Ini bukan hal yang salah tetapi ini merupakan tradisi yang sulit untuk dirubah. Dan memang banyak sekali politisi yang memanfaatkan kondisi-kondisi yang demikian.

Hal-hal seperti ini sudah dipikirkan oleh para orang-orang pintar di negeri ini, sudah dipikirkan oleh para penyusun UU Pemilu sehingga memang sudah dibuatkan UU yang melarang Kepala Desa untuk berpihak pada seorang kontestan pemilu. Bukan Kepala Desa saja tetapi semua apparat pemerintah (ASN) baik mereka yang PNS, yang TNI-Polri dan Kepala-kepala Daerah, juga para menteri.

Semua apparat pemerintah (Aparatur Sipil Negara) dan TNI-Polri itu digaji oleh Negara sehingga tidak diperbolehkan memihak pada partai politik maupun kontestan pemilu. ASN diperkenankan mencoblos dalam kapasitasnya sebagai rakyat. Selain itu dilarang untuk menyatakan diri memihak pada kontestan pemilu.

Sayangnya pemerintah saat ini khususnya Menteri Dalam Negeri sudah 2 kali melanggar UU tersebut. Mendagri Tjahjo Kumolo bulan Juli tahun lalu pernah berbicara kepada ribuan Kepala Desa dalam sebuah acara di Jogjakarta dan meminta para Kepala Desa memperjuangkan Jokowi untuk 2 Periode. Dan kemarin 2 hari lalu kalau tidak salah Mendagri dalam satu acara meminta agar ASN bertindak sebagai penyambung informasi tentang keberhasilan pemerintah. Saya sangat menyayangkan sekali sikap Mendagri yang seperti ini. Mencederai kontestasi Pemilu yang ada tentunya.

Kembali kepada substansi seberapa besar pengaruh dukungan tokoh terkenal kepada seorang Capres tentu saya bisa katakan cukup besar, khususnya tokoh-tokoh nasional. Mereka berperan sebagai Vote Getter (Sosok Pendulang Suara).

Jadi selain Personal Branding , tidak bisa dikesampingkan keberadaan Vote Getters yang ada. Mungkin kelompoknya bisa disebut sebagai berikut :

- Tokoh-tokoh Nasional
- Pemuka Agama Level Nasional
- Sosok Idola dengan level Nasional
- Pemuka Agama Lokal, Tokoh Lokal dan Kepala Desa.

Mereka-mereka inilah yang bisa sangat membantu seorang Capres untuk menaikkan Elektabilitasnya.

Tokoh-tokoh nasional seperti SBY, JK, BJ Habibie, Gatot Nurmantyo, Ahok dan lain-lainnya sangat berpengaruh untuk masyarakat dalam menentukan pilihannya khususnya Swing Voters.

Begitu juga tokoh-tokoh Agama Nasional seperti Ustad Abdul Somad, AA Gym, Frans M. Suseno, Hartati Murdaya dan lain-lainnya. Selanjutnya Sosok-sosok Idola Nasional seperti Rhoma Irama, Iwan Fals, Jaya Suprana dan lain-lainnya. 2 kalangan ini juga mampu menjadi Vote Getter dan mempengaruhi Swing Voters/ Undecided Voters.

Ditambah lagi Pemuka Agama Lokal, Tokoh Lokal, Dalang (kalau di pulau Jawa) dan Kepala Desa.

Berapa persen angka yang mampu disumbangkan Vote Getter seperti SBY, JK, UAS dan selevelnya? Saya tidak tahu pasti. Perkiraan saya tokoh-tokoh sekelas itu mampu meraup suara sekitar 1%-3%.

Bagaimana dengan sosok Rhoma Irama dan Iwan Fals? Kalau perkiraan saya seharusnya sekitar 0,5% - 1% atau lebih sedikit. Kelihatannya sedikit ya? Padahal 1% dari DPT kurang lebih sejumlah 2 Juta orang. :D

capture dari akun twitter iwan fals
capture dari akun twitter iwan fals
IWAN FALS SEBENARNYA DUKUNG JOKOWI ATAU PRABOWO? 

Dalamnya laut bisa diduga, dalam hatinya orang siapa yang tahu. Istilah itu tentu berlaku untuk semua orang. Tetapi bila saya ditanya seperti sub judul diatas tentu jawaban saya adalah titik..titik. :D.

Iwan Fals adalah Sosok yang digandrungi puluhan juta orang termasuk sebagian besarnya kaum Milenial. Bang Iwan adalah Idola saya sejak dulu. Waktu SD-SMP saya sering mendengar lagu-lagunya yang diputar di tape jadul oleh abang-abang saya dan akhirnya saya mengidolakannya sampai sekarang.

Musik-musiknya bagus dan lagu-lagunya sangat berkarakter terutama lagu-lagu bertema politik dan bertema sosial tentang masyarakat outsider (orang pinggiran) alias kaum marginal.

Lagu-lagu Iwan Fals zaman Soeharto banyak yang menyuarakan Jeritan ketidakadilan. Itulah yang membuat bang Iwan digandrungi jutaan orang pada zaman Soeharto dan mungkin puluhan juta orang untuk saat ini.

Iwan Fals sejak tahun 90 an sudah punya fans jutaan orang tetapi bang Iwan tidak pernah terjun ke dunia politik. Padahal mudah bagi dia untuk menjadi seorang legislatif atau kepala daerah atau lainnya.

Jadi setahu saya sejak dulu bang Iwan memang konsen sebagai seniman yang tidak mau teracuni idealismenya dengan dunia politik. Makanya sejak reformasi pun hingga pemerintahan SBY dia tidak ikutan berpolitik.

Pertama kalinya Iwan Fals cawe-cawe pada urusan politik adalah tahun 2014 pada saat Pengumuman Quick Count Pilpres di sebuah acara di MetroTV. Iwan Fals hadir pada saat kemenangan Jokowi. Saat itulah terlihat aspirasi politiknya kepada Jokowi.

Tapi pada tahun 2015, Iwan Fals pernah mengkritik Jokowi pada saat ribut-ribut Budi Gunawan kalau tidak salah. Sepertinya saat itu dia kecewa berat pada Jokowi.

Begitu juga pada tahun 2017. Bang Iwan terlihat kecewa pada Jokowi dan membuat single lagu: Semoga Janji Jokowi bukan Janji Kompeni.

Disisi lain saya dapat info juga Iwan Fals terlibat kerjasama dengan Menteri Desa entah proyek seperti apa saya kurang tahu. Kalau itu benar tentu ada pengaruhnya juga dengan aspirasi politiknya.

Berharap bang Iwan bisa seperti Iwan Fals yang dulu (zaman Soeharto), yang sangat membela orang kecil dan berani mengkritik keras pemerintah tentu itu merupakan hal yang mustahil. Setiap orang bisa berubah sesuai dengan perjalanan waktu. Dan setiap orang memiliki aspirasi politiknya masing-masing. Itulah hak setiap orang yang melekat pada dirinya.

Mohon maaf untuk pendukung Prabowo, kalau menurut saya, dalam pengamatan saya sosok Iwan Fals sampai dengan saat ini lebih menyukai sosok Jokowi daripada Prabowo. Lihat saja cuitan twitter terakhir-terakhirnya. 

Dia sempat mengupload foto Jokowi dan memberikan caption, ini Presidenku..mana Presidenmu. Begitu juga dia kelihatan bingung ketika Said Didu mengatakan Jokowi banyak berbohong pada Debat Kedua Capres yang lalu. Cuitan lain dia mengupload berita Sri mulyani dan Panglima TNI yang merupakan sahabatnya Jokowi.

Secara tersirat semua cuitan-cuitannya tentang politik menunjukkan Iwan Fals memang pro Jokowi (sampai dengan hari ini). Sementara di sisi lain sangat jelas terlihat mayoritas dari fans beratnya Iwan Fals adalah pendukung Prabowo.

capture dari twitter iwan fals
capture dari twitter iwan fals
Oh ya, saya juga baru tahu akun twitter Iwan Fals yang baru. Ternyata dia sempat membuat Polling pada tanggal 17 Februari dan tidak sempat saya masukkan ke artikel saya beberapa hari yang lalu. Saya sertakan saja dalam artikel ini.

Dalam Polling Iwan Fals yang diikuti 96.325 responden hasilnya 51% Jokowi-Maruf -- 49% Prabowo-Sandi. Tapi jangan dijadikan acuan karena melesetnya Polling bisa 5%.

Nanti kalau lembaga-lembaga survey sudah merilis Hasil Surver Elektabilitas Capres lagi, barulah kita hitung bersama-sama kecenderungannya.

Kembali kepada sosok Iwan Fals, kira-kira berapa persen Iwan Fals mampu mendulang suara untuk Jokowi? Saya yakin hanya di kisaran 0,1%. Kenapa hanya sebesar itu ? Tentu karena arusnya sudah berbeda.

Sekian.

Sumber gambar lainnya : https://twitter.com/iwanfals

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun