Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... A Man (XY) and a Mind Besides Itself

Bukan pakar, pemerhati, pengamat, apalagi figur publik. Tulisan saya lainnya ada di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Melamar Kerja, Dulu vs Sekarang

15 April 2025   16:40 Diperbarui: 16 April 2025   12:10 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi melamar kerja (Image by yanalya on Freepik)

Lalu, kamu harus bikin akun di platform pencari kerja yang semuanya mirip, cuma beda warna tema. LinkedIn biru, Jobstreet ungu, dan Glassdoor hijau. Tapi semua isinya sama: job listing yang kadang nggak sesuai ekspektasi.

Interview: Dari Formal Sampai Absurd

Dulu, interview itu cuma sekadar ngobrol-ngobrol santai. HR tanya, "Kamu bisa menggunakan komputer nggak?" Kamu jawab, "Bisa, Pak." Langsung diterima.

Sekarang, interview itu seperti mini-drama. Ada panel yang isinya tiga sampai lima orang, masing-masing bawa pertanyaan jebakan.

Misalnya, "Kamu lihat diri kamu di mana lima tahun lagi?" Jika memberi jawaban sambil bercanda, "Di pantai sambil jualan kelapa," pasti bikin kamu gugur.

Terus ada lagi pertanyaan klasik, "Apa alasan kamu mau kerja di sini?" Kalau kamu jawab, "Karena saya butuh pemasukan untuk menghidupi keluarga," mereka bakal anggap kamu lebih mementingkan uang. Padahal sudah jawab jujur. Bye-bye juga.

Belum lagi kalau kamu harus ikut tes kerja. Kadang-kadang, tesnya nggak ada hubungannya sama posisi yang kamu lamar. Mau jadi graphic designer, tapi tesnya disuruh bikin proposal marketing. Hah? Ada juga yang iseng kasih soal matematika SMA, padahal kamu cuma daftar jadi admin.

Teknologi: Membantu atau Menjebak?

Sekarang ada banyak teknologi yang katanya mempermudah proses melamar kerja. Tapi kadang malah bikin stres.

Contohnya ATS (Applicant Tracking System). Kalau CV kamu nggak lolos filter keyword, bye-bye tanpa ucapan terima kasih. Sebagus apapun desain CV kamu, ATS nggak peduli, dia cuma baca teks.

Belum lagi budaya follow up. Zaman dulu, kamu tinggal nunggu telepon rumah. Sekarang kalau nggak follow up, dianggap nggak niat. Kalau terlalu sering follow up? Malah bikin HR ilfeel. Jadi kamu harus pintar-pintar membaca situasi, kayak main poker.

Kita Semua Berjuang

Melamar kerja zaman sekarang memang ribet, tapi ada sisi positifnya. Proses yang panjang dan melelahkan ini bikin kita lebih siap mental dan lebih terlatih untuk bersaing. Kamu belajar skill baru, dari membuat CV yang benar sampai cara bicara yang meyakinkan di depan panel HR.

Tapi ya, kadang tetap pengen bilang ke HR, "Boleh nggak sekali-sekali kita balik ke cara lama?" Atau minimal, potong satu putaran interview aja, biar hidup kita nggak kayak sinetron "Tersanjung" yang bisa bermusim-musim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun