Pernah dengar cerita orang tuamu soal melamar kerja zaman dulu? Dulu, melamar kerja itu sederhana banget. Kamu tinggal ketik/tulis CV, masukkan ke amplop, terus antar langsung ke kantor yang mau kamu lamar.
Kadang malah nggak perlu CV. Cukup bilang, "Pak, saya mau kerja."
Terus HRD-nya langsung bilang, "Oke, kapan bisa mulai?" Simpel kan? Sekarang mah jangan harap, kecuali lewat orang dalam.
Dulu: Simpel Seperti Pesan Mi Instan di Warmindo
Ceritanya begini. Bayangin kamu baru lulus SMA atau kuliah, jalan-jalan ke kantor atau pabrik, dan tanya apakah mereka butuh tenaga kerja. Kalau iya, mereka kasih kamu kertas formulir (kalau nggak lupa), dan kamu isi di tempat.
Kadang mereka cuma tanya-tanya basa-basi kayak, "Punya kendaraan sendiri?" atau "Bisa shift malam?" Udah, selesai.
Waktu itu tidak ada istilah "interview dengan user atau manager" atau "psikotest 100 soal". Bahkan kalau HR-nya lagi baik, kamu langsung ditempatkan di hari yang sama.
Saking gampangnya, kadang HR malah lupa tanya nama lengkap kamu dulu. Jadi ya, nggak heran kalau banyak cerita orang tua yang bikin kita iri setengah mati.
Sekarang: Ibarat Ikutan Idol
Melamar kerja zaman sekarang kayak ikut audisi "The Voice," tapi tanpa jaminan bakal dapat panggung.
Pertama, kamu harus punya CV yang desainnya ala-ala Canva premium. Kalau nggak ada warna pastel atau foto profesional, siap-siap di-skip sama HR yang sudah kebanjiran e-mail.
Sudah gitu, ada yang namanya cover letter. Ini kayak surat cinta buat perusahaan, tapi sayangnya sering nggak dibaca.