Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bubur Garuda, Bubur Ayam "Mewah" Dekat Wisata Tanjung Pasir

19 Juli 2019   21:06 Diperbarui: 19 Juli 2019   21:58 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

====

Kiosnya cukup sederhana, berada di pinggir jalan, halamnnya pun hanya bisa digunakan parkir beberapa motor saja, jika ada mobil pasti diarahkan untuk parkir di kantor cabang mandiri (mitra usaha) disebelahnya oleh tukang parkir yang menjaga disitu.

Gerobak buburnya lumayan besar, jka dibanding gerobak bubur yang biasa kita jumpai sehari-hari. Meja didalam-pun meja normal layaknya warung-warung bakso dengan kursi kayu panjang, kalau dihitung-hitung, dengan 4 meja panjang tadi, bisalah muat 10-15 orang yang makan ditempat.

DOKPRI
DOKPRI
Kami yang kebetulan sering melewati lokasi ini, alhamdulillah akhirnya berhasil makan di tempat. Saat pertama kali kami hanya "take away" karena ramai penuh pengunjung, dana beberapa kali ingin makan kembali selalu dalam kondisi mereka sedang bersih-bersih lokasi karena stok sudah habis (padahal jika melihat jam, seharusnya kios buur ini baru buka 1-2 jam yang lalu).

====

DOKPRI
DOKPRI
Layaknya pedangang bubur lainnya, di gerobaknya terpampang kelengkapan untuk menikmati bubur. Botol-botol kecap, kaldu, suwiran ayam, kalng krupuk kecil, sambal, serta tumpukan mangkok, kacang kedelai, daun bawang, dan sate-sate telur puyuh, ati, ampela, dan usus ayam terlihat menumpuk. 


Yang jika kita mengintip ke ruang belakang, ada beberapa pegawai sedang sibuk membuat bubur dalam skala besar dan menusukkan "item-item" tadi untuk kemudian dibawa kedepan menambah stok yang sudah ada. Jadi jelas, keseluruhan penganan yang dijual disini, disiapkan sendiri, bukan di drop dari tempat lain.

DOKPRI
DOKPRI
Di sini, ada hal yang "istimewa" yang sering diabaikan oleh pembeli sebetulnya. Saya yang memang penasaran kenapa kios ini bisa menjadi kios bubur Favorit (sepanjang jalan ini sebetulnya ada 2 kios bubur lainnya) di wilayah ini mendekati gerobak, dan melihat penjualnya mempersiapkan mangkok pesanan kami. 

Daaannn...jelas saja, ketika panci besar buur dibuka, aromanya memang berbeda dari saat pedagang bubur yang biasa kita jumpai. Aroma harum menyeruak seiring uap panas bubur bergerak menyebar tertiup angin, hal utama yang sepertinya memang menjadi "kunci" dari rasa bubur ini, karena kemudian siraman kaldu, kecap dan lainnya rasanya sama saja seperti pedagang bubur lainnya.

Ketika dihidangkan, kami yang memesan 6 mangkok bubur, di dampingi juga dengan 2 mangkok sate yang berjumlah 10 tusuk dengan variasi sate ati, ampela, telur puyuh dan usus. Untuk minuman, kami memilih minuman dengan slogan 'apapun makanannya minumnya teh botol sosro"...lho kok disebut juga nama produknya :)

Di meja sendiri, tersedia botol kecap, dan mangkuk sambal untuk pembeli jika merasa kurang, serta blek kerupuk putih dan kerupuk cokelat. Lainnya adalah kotak tissue, sedangkan untuk sendok, semua sudah disediakan bersamaan dengan mangkok bubur, jadi jika perlu penambahan atau sendok terjatuh ke lantai, kita harus minta  untuk diberikan yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun