Akhir-akhir ini pasti sering mendengar sebuah tujuan wisata baru di daerah Tangerang, yakni Tanjung Pasir. Lokasi yang lagi "nge-Hits" yang memang tidak jauh dari bandara Soekarno-Hatta.
Sebetulnya lokasi ini sudah lama ada, namun beberapa tahun kebelakang Pemerintah Daerah serius mengembangkan lokasi wisata ini, seiring dengan seriusnya pemerintah pusat dalam membenahi berbagai lokasi wisata dan pendukungnya di seluruh Nusantara.
Berbagai pembenahan mulai dari perbaikan dan pelebaran jalan, serta fasilitas lainnya, terasa sekali mengalami perubahan yang jauh lebih baik. Setidaknya itu yang banyak dirasakan warga sekitar, terlebih tumbuh pesatnya perekonomian sepanjang jalur menuju lokasi.
Ada 3 lokasi tujuan wisata di Tanjung Pasir, selain tujuan utama yakni Tanjung Pasir Resort, dimana kita bisa menikmati putihnya pasir pantai yang cukup luas sambil menikmati jajanan ala pinggir laut lengkap dengan seafoodnya, ada 3 tujuan lain yang jaraknya tidak jauh dari pantai, yakni TAMAN MANGROVE yang biasa ramai dikunjungi para peneliti dan rombongan sekolah untuk berwisata pendidikan.
Lalu ada PASAR IKAN, dimana lokasinya mirip dengan Pasar Ikan Muara Angke, dimana selain kulakan ikan partai besar, kita juga bisa membeli dalam skala kecil dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan harga kulakan dan jauh lebih murah dibanding jika sudah masuk ke pasar tradisional atau pasar modern. Asyik kan?
Dan yang terakhir adalah PENANGKARAN BUAYA yang kondisinya masih kurang diperhatikan. Disini kita bisa meihat bagaimana proses perkembang biakan buaya dan berfoto (dalam jarak aman tentunya) dengan buaya-buaya disana. Lumayan seru lah jika berkesempatan mampir kesini.
====
Saat perjalanan menuju kesana, kita pasti akan melewati yang namanya Pos Polisi dan Kecamatan TELUK NAGA (Terpampang jelas Plang nama kedua kantor penting ini). Wilayah ini merupakan wilayah kecamatan di wilayah Tangerang Propinsi Banten. Wilayahnya cukup luas hingga meliputi tujuan wisata Tanjung Pasir yang berada di pinggir pulau.
Perjalanan ke Tanjung Pasir sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat kota Jakarta. Jika kita cek dengan Google Maps di hari dan jam kerja, dari Monas menuju Tanjung pasir Resort, hanya memakan waktu sekitar 2 jam dengan menggunakan Tol Bandara, lalu melipir ke Perimeter Bandara yang tembus ke belakang untuk selanjutnya langsung menuju Tanjung Pasir.
Sayangnya, hal tadi tidak berlaku di akhir pekan atau hari libur nasional yang biasanya setelah perimeter bandara saja, bisa memakan waktu 2-3 jam menuju Tanjung Pasir. Jadi jika dihitung dari Monas saat akhir pekan atau libur nasional, bisa memakan waktu 4-5 jam perjalanan.
Perjalanan melelahkan tadi, jelas butuh istirahat karena lelah atau stress, atau mampir mengisi perut yang biasanya sudah keroncongan. Bagaimana tidak, setelah melalui perimeter bandara, dan tembus kebelakang itu, kita dihadapkan oleh 2 jalur jalan yang agak sempit dengan kondisi sisi kiri yang mepet bangunan dan kanan kali/sungai aktif, belum lagi angkot/omprengan yang sering berhenti untuk menaik turunkan penumpang yang mau tidak mau memakan badan jalan.
====
Kiosnya cukup sederhana, berada di pinggir jalan, halamnnya pun hanya bisa digunakan parkir beberapa motor saja, jika ada mobil pasti diarahkan untuk parkir di kantor cabang mandiri (mitra usaha) disebelahnya oleh tukang parkir yang menjaga disitu.
Gerobak buburnya lumayan besar, jka dibanding gerobak bubur yang biasa kita jumpai sehari-hari. Meja didalam-pun meja normal layaknya warung-warung bakso dengan kursi kayu panjang, kalau dihitung-hitung, dengan 4 meja panjang tadi, bisalah muat 10-15 orang yang makan ditempat.
====
Yang jika kita mengintip ke ruang belakang, ada beberapa pegawai sedang sibuk membuat bubur dalam skala besar dan menusukkan "item-item" tadi untuk kemudian dibawa kedepan menambah stok yang sudah ada. Jadi jelas, keseluruhan penganan yang dijual disini, disiapkan sendiri, bukan di drop dari tempat lain.
Daaannn...jelas saja, ketika panci besar buur dibuka, aromanya memang berbeda dari saat pedagang bubur yang biasa kita jumpai. Aroma harum menyeruak seiring uap panas bubur bergerak menyebar tertiup angin, hal utama yang sepertinya memang menjadi "kunci" dari rasa bubur ini, karena kemudian siraman kaldu, kecap dan lainnya rasanya sama saja seperti pedagang bubur lainnya.
Ketika dihidangkan, kami yang memesan 6 mangkok bubur, di dampingi juga dengan 2 mangkok sate yang berjumlah 10 tusuk dengan variasi sate ati, ampela, telur puyuh dan usus. Untuk minuman, kami memilih minuman dengan slogan 'apapun makanannya minumnya teh botol sosro"...lho kok disebut juga nama produknya :)
Di meja sendiri, tersedia botol kecap, dan mangkuk sambal untuk pembeli jika merasa kurang, serta blek kerupuk putih dan kerupuk cokelat. Lainnya adalah kotak tissue, sedangkan untuk sendok, semua sudah disediakan bersamaan dengan mangkok bubur, jadi jika perlu penambahan atau sendok terjatuh ke lantai, kita harus minta  untuk diberikan yang baru.
====
Sate ati, ampela, telur puyuh dan usus satu persatu pun mulai kami preteli dari tusukannya, dan ikut dalam adukan bubur tadi menjadikan kesempurnaan pra-menikmati semangkuk bubur yang ada dihadapan.
Sensasi suapan pertama bubur ini emang nendang !
Krupuk yang sudah melempem karena ikut diaduk, potongan-potongan sate, menambah sempurna bubur yang sedikit kenyal dan bertabur kaceang kedelai goreng saat masuk dalam mulut.Â
Renyahnya, kenyalnya, dan pasnya takaran kaldu membuat tidak sabar untuk segera mengunyah dan kembali melahap bubur yang secara tidak sadar cepat habis disantap tanpa sisa. Kemudian, kembali lagi mangkuk ke-2 terhidang untuk kembali disantap bersama dengan sedikit tambahan sambal agar lebih pedas dari porsi sebelumnya.
Harga sate-sate yang dihidangkan malah sama persis lho dengan sate-sate yang juga tersedia di gerobak-gerobak bubur biasa. Ah...puas sekali menyantap bubur kali itu, terlebih saya pribadi yang sangat "picky" dengan penganan bubur.
Oke, semoga temen-teman disini yang akan berlibur ke Tanjung Pasir juga sempat meraskan sensasi makan bubur di BUBUR GARUDA, begitulah warga sekitar menamai kios bubur ini.