Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Taman Piknik yang Tak Bisa Dipakai Piknik

24 Februari 2019   00:45 Diperbarui: 24 Februari 2019   19:08 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayangnya, pohon-pohon tadi kami ukur tingginya baru 3 jengkal orang dewasa, dan beberapa diantaranya terlihat patah dan mati.

dokpri
dokpri
Oya, lagi-lagi kami tidak menemukan lokasi untuk melaksanakan Sholat di setiap TMB yang sudah dipromosikan Gubernur Anies di instagramnya. Jika kemarin di TMB Skatepark Slipi juga tidak tersedia musholla, toilet dan parkiran kendaraan bermotor baik roda 2 maupun roda 4 (baca disini)... kondisi sama juga terjadi di Taman Piknik, dimana pengunjung yang ber"piknik" dan biasanya durasinya panjang ini kesulitan untuk melakukan ibadah saat tiba waktu sholat.

====

Tidak sampai seperempat taman kami berjalan, kami baru sadar bahwa ketiadaannya pohon besar untuk kami bisa duduk-duduk untuk menggelar tikar dan membuka makanan dan minuman yang sudah kami bawa dari rumah, layaknya orang Indonesia memaknai kata "piknik". Terlebih juga tulisan "dilarang menginjak rumput" yang disebar dimana-mana , sepertinya justru mensiratkan warga untuk tidak "berpiknik" diatasnya.

dokpri
dokpri
Sampai akhirnya kami mendekat ke area bermain anak, dan melihat sedikit juntaian pohon dari luar taman yang menjorok kedalam dan menaungi sebagian spot area bermain tadi.

Hanya saja, ketika mendekati area tadi yang lebih tinggi sekitar 1,5-2 meter dari track pejalan kaki, kami sedikit kebingungan untuk naik keatas, karena hanya tersedia 2 perosotan sebagai koneksi antara track pejalan kaki dengan area bermain.


Tidak tersedia tangga untuk naik ke area bermain anak membuat seorang ibu yang sedang hamil awalnya membiarkan anaknya naik ke area bermain sendiri dengan memanjat "wahana panjat" disisi perosotan. Sulit sekali untuk ibu hamil tadi hingga akhirnya bisa mencapai area bermain anak.

Agak sedikit aneh, ketika ketiadaan tangga disini. Anak kecil yang akan bermain dan perlu diawasi orang tuanya ini, harus berhadapan dengan kondisi perosotan yang licin dan larangan menginjak rumput. 

Karena untuk naik lewat wahana panjat sekalipun, PASTI HARUS MENGINJAK RUMPUT begitupun posisi perosotan kedua yang langsung turun menuju area rumput, karena hanya 1 perosotan saja yang terkoneksi dengan track pejalan kaki. Agaknya desainer lanscape taman ini lupa, atau kontraktor pengerjaan taman yang agak missed saat pembangunan taman. Entahlah.

dokpri
dokpri
Yang pasti kami akhirnya berhasil naik ke arean bermain melalui perosotan (padahal biasanya kami sebagai orang tua, selalu melarang anak kami naik dr depan perosotan yang miring dan licin, pasti menyuruh lewat tangga belakang perosotan yang pasti tersedia). 

Tanpa ba-bi-bu, kamipun menggelar tikar dan makanan yang sudah kami bawa dari rumah, yang tidak lama, apa yang kami lakukan juga diikuti oleh pengunjung lain yang sepertinya juga sudah muter-muter mencari spot makan bersama yang cukup teduh dan nyaman, namun tidak ketemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun