Mengapa Cara Kita Sering Tidak Berhasil?
Pernahkah Anda merasa sudah bekerja keras, memberikan seluruh tenaga dan waktu, tapi hasilnya tetap nihil? Bayangkan seorang nelayan profesional yang sudah melaut sepanjang malam, menebar jala, dan pulang dengan tangan kosong. Keahlian dan pengalaman yang dimilikinya tidak selalu menjamin hasil yang diharapkan.
Kenyataan ini juga terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita bekerja keras, melakukan segala cara yang kita tahu, tapi tetap tidak ada hasil yang terlihat. Ekonomi sulit ditebak, peluang kadang tidak berpihak, bahkan keadaan yang kita harapkan bisa saja gagal karena hal-hal di luar kendali kita.
Kunci pertama untuk mengubah keadaan adalah mendekatkan diri pada kasih dan arahan yang lebih tinggi. Dalam konteks ini, itu berarti membuka hati dan pikiran kita terhadap inspirasi, petunjuk, dan kasih yang lebih besar dari diri kita sendiri. Jangan hanya mengandalkan strategi atau tenaga sendiri---biarkan cinta dan hikmat membimbing langkah-langkah kita.
Langkah kedua adalah mengakui bahwa metode kita saat ini mungkin tidak berhasil. Mengakui ketidakmampuan bukan tanda kelemahan; justru itu langkah penting menuju pertumbuhan dan hasil yang lebih baik.
Seringkali kita sulit mengakuinya karena tiga hal:
Kesombongan -- Kita ingin terlihat kuat, mampu, dan kompeten. Kita takut orang lain menilai kita gagal.
Keras kepala -- Kita enggan mengubah cara lama yang "terbukti" berhasil di masa lalu. Padahal, kesuksesan lama tidak menjamin hasil di masa depan.
Rasa takut -- Takut gagal, takut ditolak, atau takut harus mengikuti jalan yang berbeda dari rencana kita.
Ketika kita mampu melepaskan kesombongan, kekerasan kepala, dan rasa takut, kita membuka ruang bagi kasih dan bimbingan yang lebih besar untuk bekerja dalam hidup kita. Hasilnya seringkali luar biasa, melebihi usaha yang bisa kita lakukan sendiri.