Mohon tunggu...
Ruli Mustafa
Ruli Mustafa Mohon Tunggu...

THE TWINSPRIME GROUP- Founder\r\n"Jangan lihat siapa yang menyampaikan, tapi lihat apa yang disampaikannya" (Ali bin Abi Thalib ra). E-mail : hrulimustafa@gmail.com. Ph.0818172185. Cilegon Banten INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggapai Ahsanu 'Amala

13 Desember 2017   09:06 Diperbarui: 13 Desember 2017   10:32 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara burung di pagi hari yang cerah adalah seni suara, keindahan ciptaan Tuhan yang sangat selaras dengan aktifitas alam, demikian juga suara gemericik air sungai, suara ombak di pantai, suara binatang di malam hari hingga suara guntur di langit, semuanya adalah seni dan keindahan yang mengharmoniskan semua ciptaan Tuhan di muka bumi. 

Oleh karenanya fahami seni tertinggi di alam semesta ini, yaitu ayat-ayat Allah, baik yang tersurat di dalam kitab suci (Al-Qur'an) maupun  ayat-ayat yang tersirat (beragam mahluk di bumi dan di seluruh jagat raya) dimana seharusnya menjadi bagian pelajaran yang dapat dipetik oleh umat manusia agar hidup dengan baik dan selamat, dunia-akhirat. 

Hidup ini adalah seni, seni merencanakan sesuatu, seni melakukan sesuatu, seni memperhatikan alam semesta, seni merenungkan proses penciptaan, seni menyikapi fenomena sosial, seni memperbaiki kualitas diri, seni berprestasi, seni mengamati, seni mengambil keputusan, seni menghadapi segala kemungkinan, dan seni-seni lainnya yang bisa kita gali sendiri ragamnya.  

Karena itulah Allah mewajibkan manusia untuk terus belajar merenungkan hakikat penciptaan alam semesta ini sebagai sebuah cara mendekatkan diri dan meningkatkan kualitas beribadah padaNya, Setiap manusia berpotensi untuk menjadi pemikir yang handal atau Filsuf. 

Tapi untuk menjadi yang demikian terlebih dahulu harus membangun cara berpikir yang sistematis. Input pemikiran merupakan pengayaan yang didapat dari pengalaman hidup dan proses belajar. Outputnya merupakan 'mozaik' (serpihan-serpihan) yang jika dirangkai, akan menghasilkan pemikiran baru yang bermanfaat bagi umat setelahnya. 

Hasil dari pemikiran yang maju merupakan peninggalan yang sangat berharga bagi kemanusiaan. Hal ini merupakan sesuatu yang terbukti dalam kehidupan kita sekarang. Bagaimana pemikir-pemikir zaman dahulu, seperti Ibnu Sina, Al-Farabbi, Aristoteless, Plato, Talles, Einstein dan lain-lain meninggalkan catatan sejarah penting bagi perkembangan dunia. 

Sebaliknya bagi orang-orang yang malas berfikir, enggan melakukan pencerahan, niscaya hanya akan menjadi catatan pinggir sejarah atau bahkan hilang dalam buku kehidupan. 

Karena itu berpikir merupakan persoalan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini banyak dibahas dalam firman-firman Allah Ta'ala dalam Kitab suci Al-Qur'an, ayat-ayat open ended seperti "Afalaa Ta'qilun, Afalaa Tatafakkarun" (Apakah engkau tak gunakan akalmu ?, apakah engkau tidak berfikir ?). Tuhan menganugerahkan otak kepada manusia untuk berpikir. 

Berpikir yang inovatif untuk kesejahteraan dalam hubungannya sebagai khalifah di muka bumi. Tidak ada ketakutan lagi bagi orang-orang yang mengenal konsep berpikir yang benar dalam filsafat. Berpikir sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan Hadist adalah cara berpikir yang di anjurkan. 

Sehingga dengan menekuni dunia berfikir dalam keilmuan filsafat manusia itu tidak menyimpang dari persoalan kebenaran, asalkan berbasis keimanan, bukan logika liar. Proses berpikir niscaya membentuk manusia menjadi manusia khalifah yang bermanfaat bagi peradaban manusia. 

 Ya, hidup ini adalah seni menghimpun mozaik filosofi kebaikan dalam hidup agar menjadi manfaat bagi orang lain, seperti kata pepatah Minangkabau yang terkenal ; "Alam takambang jadi Guru" atau alam berkembang menjadi guru yang dinamis, dimana kita bisa memetik banyak pelajaran dan hikmah didalamnya tentang bagaimana merangkai mozaik kehidupan ini guna meraih predikat "Ahsanu 'Amala", manusia yang paling baik amalnya. Wallahu a'lam bisshowab .(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun