Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Cukup Banyak Warga Negara Maju Menolak Vaksinasi dan Demo Menentang Pembatasan Terbatas?

28 November 2021   20:46 Diperbarui: 29 November 2021   06:43 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertumbuhan kasus covid-19 baru di Eropa, sumber: John Hopkins University via bbc.com

Secara umum penyebab diatas juga mirip dengan mereka yang menolak vaksinasi di Indonesia. Namun di negara-negara maju pemerintah tidak bisa mewajibkan rakyatnya untuk melakukan vaksinasi ini karena menyangkut HAM. Slogan mereka adalah "My body, my choice", sehingga tidak mungkin negara memaksa rakyatnya untuk di vaksin.

Rasio penduduk yang sudah di vaksin di negara-negara Eropa vs Dunia/Asia/Indonesia, Sumber: ourworldindata.org
Rasio penduduk yang sudah di vaksin di negara-negara Eropa vs Dunia/Asia/Indonesia, Sumber: ourworldindata.org

Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh pemerintah negara maju adalah dengan membatasi akses ke berbagai tempat umum, hanya boleh untuk orang yang telah divaksin. Pembatasan inilah yang memicu berbagai demo yang sebagian besar berakhir anarkis.

Kembali ke alasan mengapa ada orang yang menentang vaksinasi ataupun penerapan protokol kesehatan, berikut ini latar belakang dibalik alasan-alasan diatas.

1. Adanya ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah secara keseluruhan

Meskipun negara-negara maju di Eropa dan Amerika menganut sistim pemerintahan demokrasi, dimana penyelenggara pemerintahan dipilih langsung oleh rakyat namun tidak berarti seluruh rakyat setuju terhadap setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Sama dengan yang terjadi di Indonesia rakyat terbelah menjadi dua antara yang mendukung pemerintah dan yang mendukung pihak oposisi. Kondisi ini dimanfaatkan pihak oposisi untuk menarik simpati rakyat yang pro-oposisi dengan cara mencari kelemahan dari setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berkuasa.

Pihak oposisi mempertanyakan efektifitas dari vaksin, pembatasan dan penerapan protokol kesehatan yang ketat, vaksinasi untuk setiap orang dan berbagai narasi yang intinya adalah tidak percaya bahwa kebijakan pemerintah itu benar dan efektif.

Dengan narasi seperti itu, maka rakyat yang pro-oposisi menganggap bahwa kebijakan pemerintah saat ini adalah kebijakan yang dipaksakan dan mereka mencari justifikasi untuk membuktikan bahwa kebijakan itu salah sehingga rezim pemerintah yang sekarang adalah rezim yang diktator dan "harus" di lawan.

2. Kurangnya pengetahuan atau penjelasan secara keseluruhan mengenai teknologi vaksin serta cara mendapatkannya

 Bagi rakyat negara maju alasan ini kedengaran absurd karena dengan segala kemajuan teknologi yang mereka miliki dan tingkat pendidikan masyarakat yang relatif tinggi seharusnya alasan ini tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun