Mohon tunggu...
Rudy Phan
Rudy Phan Mohon Tunggu... Wirausaha -

Sukanya duduk, berimajinasi dan ketik ini dan itu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perbedaan Agama dalam Keluarga

23 Desember 2016   07:55 Diperbarui: 23 Desember 2016   08:25 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rumah sakit bersalin. Itu tempat (istri-)kita melahirkan. Apa yang dilahirkan? Yang dilahirkan adalah salinan, makanya disebut rumah sakit bersalin. Nah, itu salinan siapa? Karena mirip dengan orang tuanya, maka tentu itu adalah salinan orang tuanya. Bagaimana kalau tidak mirip dengan orang tuanya? Ya dicari-cari, mirip dengan kakek-nenek yang mana, yang penting ada garis keturunan. 

Itu masalah fisik, masalah kemiripan wajah. Nanti, kalau sudah besar, akan kelihatan sifat-sifatnya, mirip dengan siapa. Kalau tidak mirip dengan orang tuanya, maka akan dicari kemiripannya kepada kakek-neneknya, entah kakek nenek ditingkat ke berapa yang penting masih satu garis keturunan. 

Bagaimana dengan salinan agama yang diwariskan? Biasanya, kalau orang tua kita Kristen, ya kita ikut-ikutan Kristen. Tetapi, pada umur tertentu, ketika taraf refleksi kita semakin matang maka kita melepas sikap ikut-ikutan itu dan mengambil jalan sendiri. Misalnya, orang tua Kristen, anaknya jadi Buddha. Usut boleh usut, ternyata, kakek nenek tingkat 4 memang beragama Buddha. Tampaknya, ada salinan genetik yang masih ada yang turun dari kakek-nenek kita.

Lalu, bagaimana dengan anak yang kedua yang beragama Islam, sedangkan dalam silsilah keluarga tidak ada yang beragama Islam? Pekerjaan gen memang salin-menyalin, jiplak-menjiplak. Lalu, anak yang beragama Islam itu menjiplak siapa? Nah, di sini kita sering lupa. Kita sering menelusuri salinan genetik kita hanya sampai titik terjauh dari orang tua nenek moyang kita.  Kita lupa, ada SATU ORANGTUA ASLI kita bersama, yaitu TUHAN yang telah mewariskan kamus-DNA beserta kalimat-gen-Nya. 

TUHAN dalam gen kita adalah TUHAN YANG BAIK. Gen kebaikan itu tidak bisa diselimuti dengan baju agama tertentu. Gen kebaikan itu selalu ada dalam gen kita masing-masing. Pada generasi tertentu, mungkin gen itu OFF, tetapi mungkin pada generasi yang lain, gen itu ON. Ketika gen kebaikan itu ON dan memilih baju agama tertentu, kita tidak perlu bersedih. Karena, urusan gen hanyalah urusan dengan jiplak-menjiplak. Bajunya boleh dipakai apa saja, yang penting baik.

TUHAN ADALAH ORANG TUA ASLI kita bersama. Ia mewarisi gen kebaikan. Gen kebaikan bisa berbaju agama A, agama B, agama C, atau bahkan tidak berbaju agama. Yang penting: baik. Kalau demikian, tidak perlu ada yang ditangisi ketika kita orang tua beragama A sedangkan anak kita beragama B atau bahkan tidak beragama apa-apa. Asalkan dia baik, di situ kita tahu bahwa gen kebaikan Tuhan sedang ON dalam hidupnya. Tuhan bersama dengannya, entah ia berbaju agama atau pun tidak. Imanuel.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun