Mohon tunggu...
Rudi Gareng
Rudi Gareng Mohon Tunggu... -

Pencinta warna biru...

Selanjutnya

Tutup

Money

Inikah Akhir dari Perjalanan Merpati

5 Juni 2011   04:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Informasi terakhir yang saya dapat dari internal Merpati menyatakan bahwa Merpati saat ini hanya mengoperasikan 5 pesawat jet (4 B737-300, 1 F100), 12 MA-60, 5 Twin otter, dan 1 Cassa-212. Jet selama ini menjadi tulang punggung pendapatan Merpati karena menyumbang lebih dari 80% dari total  pendapatan perusahaan.

Seyogyanya, dengan kebijakan rute yang diterapkan dan luasnya wilayah operasi Merpati saat ini, Merpati membutuhkan paling sedikit 9-10 pesawat jet. Sehingga tidak heran, dengan kondisi 5 jet yang beroperasi Merpati harus mengalami kekacauan operasional saat ini. Banyak rute yang terpaksa ditutup dan rute yang lain mengalami perubahan jadwal penerbangan yang ''gila-gilaan'' karena pesawat yang sedikit itu dipaksa mengakomodir rute-rute penerbangan yang sekuat tenaga dipertahankan. Akibatnya, biaya irregulatity (biaya yg dikeluarkan utk memberikan kompensasi ke penumpang seperti biaya makan-minum, transport darat, hotel, transfer ke penerbangan lain) meningkat tajam. Kondisi inipun telah meningkatkan tekanan kerja (stress) dikalangan frontliner Merpati yang bekerja di airport maupun di konter penjualan karena harus menghadapi penumpang yang marah tiap hari. Dan bagi penumpang sendiri tentunya kondisi ini pun telah mengakibatkan kerugian baik materil maupun moril karena bisa kehilangan kesempatan bisnis, waktu dan mengalami kelelahan selama menunggu di airport akibat perubahan jam terbang.

Penurunan alat produksi terburuk yang dialami Merpati saat  ini, bukan hanya berdampak jangka pendek yang disebutkan di atas, tapi yang lebih berat akan berdampak jangka panjang bagi Merpati. Dalam bisnis airlines nasional, periode Juni - Desember merupakan masa panen (peak season) yang sangat penting untuk meraih kinerja keuangan dalam setahun karena periode sebelumnya airlines harus berdarah-darah karena harus mengarungi musim paceklik (low season). Sehingga, apabila Merpati tidak bisa memanfaatkan momen peak season periode Juni - Desember ini maka kerugian keuangan yang besar bagi perusahaan terpampang didepan mata. Kerugian besar di tahun 2011 ini akan semakin memperberat Merpati melangkah ke depan dan bukan tidak mungkin akan mengakhiri perjalanan panjang kiprah Merpati di nusantara ini yang sudah dilakoni hampir 49 tahun.

Sangat disayangkan jika itu terjadi. Merpati selama ini sudah begitu melekat di masyarakat meskipun harus menjalani pasang surut bisnis, suka dan duka, caci maki dan elus sayang..Merpati sudah menjadi bagian dalam perjalanan perkembangan banyak daerah sehingga bisa berkembang menjadi sebuah kota yang penting. Merpatipun sudah menjadi bagian beratus-ratus bahkan mungkin beribu-ribu pengusaha daerah berkembang menjadi pengusaha yang diperhitungkan bukan hanya di daerahnya tapi juga sudah berambah ke tingkat nasional dan bahkan internasional. Merpati juga sudah menjadi bagian nostalgia dari jutaan anak manusia yang mewujudkan mimpinya naik pesawat untuk pertama kalinya.

Karenanya tidak aneh kalau masyarakat di kawasan tengah dan timur Indonesia menjadikan Merpati sebagai nama generik untuk pesawat terbang. Mereka menyebut Garuda sebagai Merpati  biru,  Celebes sebagai Merpati ekor merah, dan hercules sebagai Merpati tak berkursi...semua pesawat yang terbang di atas angkasa mereka itu lah Merpati menurut mereka...Merpati sangat kuat melekat.

Apakah Merpati masih diperlukan perannya saat ini dan ke depan mengingat sudah banyaknya pemain airlines nasional saat ini? dengan mantap saya jawab masih! airlines yang ada hampir semuanya berorientasi bisnis alias mengejar keuntungan semata, sulit mengharapkan peran public service obligation (PSO) dari mereka padahal banyak masyarakat kita di pedalaman masih membutuhkan pelayanan tersebut. Garuda sendiri dengan statusnya sebagai Tbk juga sudah tidak leluasa menjalankan peran ini karena tentunya pemegang saham tidak mau kehilangan uangnya di Garuda.

Lalu masih adakah asa untuk mengangkat kembali Merpati ditengah keterpurukannya saat ini? sebagai orang yang memiliki pemahaman mendalam mengenai Merpati saya katakan, peluang itu cukup terbuka. Hanya saja perlu dilakukan langkah yang radikal yang harus didukung oleh Pemerintah dan Garuda sebagai pemegang saham, DPR, para kreditor, vendor dan yang tak kalah pentingnya adalah seluruh komponen di Merpati.

Inilah kira-kira langkah yang perlu dijalankan oleh pihak-pihak terkait jika menginginkan Merpati keluar dari krisis yang dialami saat ini dan bisa terbang tinggi.....

Pemerintah dan DPR :

1. Membuat positioning yang jelas untuk Merpati dan Garuda dan mengarahkan sinergi yang saling menguntungkan diantara kedua airlines ini.

2. Mengganti top level manajemen saat ini dan menempatkan manajemen baru yang kapabel yang memiliki integritas dan profesional yang tinggi (semacam Dahlan Iskan di PLN kurang lebih)..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun