Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tukang Roti dan "Invisible Hand" Adam Smith dalam Ekonomi Kapital

4 Juni 2025   22:07 Diperbarui: 5 Juni 2025   10:21 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ( Kreasi Pribadi)

Tukang Roti dan "Invisible Hand" Adam Smith dalam Ekonomi Kapital

Pendahuluan

Bayangkan pagi-pagi buta, seorang tukang roti sudah sibuk di dapurnya. Ia menakar tepung, mencampur adonan, memeriksa fermentasi, lalu mengatur panas oven dengan cermat. Bukan karena ia mencintai kita atau ingin menyejahterakan bangsa, tapi semata mata karena ia ingin jualan rotinya laku, agar ia bisa menghidupi keluarganya dan melanjutkan usahanya. Ia tidak sedang melakukan amal, ia hanya bekerja, seperti biasa.

Terdengar egois? Tidak menurut Adam Smith, filsuf moral berkebangsaan Skotlandia yang kini dikenang sebagai bapak ekonomi klasik.

Dalam bukunya yang monumental, An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776), Smith menyampaikan ide yang begitu sederhana namun revolusioner. Ia menulis:

"Kita tidak mendapatkan makan malam dari kebaikan hati tukang daging, pembuat bir, atau tukang roti, tetapi dari kepentingan mereka sendiri."

Dengan kata lain, manusia memang digerakkan oleh self-interest, kepentingan pribadi. Namun justru karena itulah, masyarakat bisa makan, berdagang, bekerja, dan bertahan hidup.

Menurut Smith, saat setiap individu bebas mengejar kepentingannya dalam sistem pasar yang terbuka dan kompetitif, muncul suatu mekanisme alami yang menyelaraskan tindakan-tindakan pribadi itu menjadi hasil kolektif yang menguntungkan bagi banyak orang. Ia menyebutnya sebagai "tangan tak terlihat" (invisible hand), sebuah kekuatan tersembunyi yang membuat kepentingan pribadi bisa berbuah kebaikan sosial.

Ini adalah paradoks yang menantang intuisi kita: bagaimana mungkin keegoisan pribadi justru menghasilkan keteraturan sosial dan kemakmuran bersama? Tapi inilah inti dari filosofi ekonomi pasar bebas yang masih menjadi dasar banyak sistem ekonomi modern.

Perumpamaan tukang roti bukan sekadar cerita tentang adonan dan oven. Ia adalah jendela untuk memahami logika dasar kapitalisme, kepercayaan pada kebebasan individu dalam kegiatan ekonomi, serta keyakinan bahwa dalam kondisi pasar yang sehat, dorongan pribadi bisa menjadi motor kolektif bagi kemajuan masyarakat.

Roti dan Rantai Ekonomi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun