Dengan merasa masih kuat, kau berjalan merayap di tembok, menuju RGD.
Ada tempat berbaring, tapi tidak kugunakan. Karena, ketika aku berbaring, punggung kiriku terasa semakin perih.
"Kenapa pak?" Tanya Dr. Tantri.
"Sesak dok," jawabku menyesuikan tarikan nafas yang kutarik.
"Bisa lebih panjang lagi?" tambah Dr. Tantri.
Dalam hati aku bergumam, "ambil nafas segini aja udah alhamdulillah dok, ngga bisa lebih panjang lagi."
Lidahku diperiksa, kerongkongan disenter, rasa sesak itu makin menyiksa, semakin aku ingin berbaring tekanan udara dalam tubuh semakin padat, punggung kiri sampai dada kiriku semakin perih.
Aku berfikir simple, kata Dr. Tantri ini lambung, produksi asam lambung meningkat, ada gas yang harus dikeluarkan.
Keluarkan gas dari perut. Dibenakku ada dua, pertama, masukan obat dari anus, memancing si Gas keluar, dan kondisi pernafasan kembali normal.
Atau kedua, membuat lubang di dada. Mungkin, dalam kasusku pilihan pernama lebih masuk akal.
Aku bersiap, kalau memang harus memasukan obat lewat anus, yang penting angin ini cepat keluar.