Pernah nggak sih kepikiran, apa sebenarnya bedanya kesejahteraan sama kebahagiaan? Dua istilah ini sering banget kita dengar, tapi nggak jarang dianggap sama. Padahal, meski saling berkaitan, keduanya punya makna yang berbeda.
Kesejahteraan biasanya identik dengan kondisi fisik dan materi: punya pekerjaan tetap, rumah nyaman, kesehatan terjaga, serta kebutuhan hidup yang tercukupi. Sementara kebahagiaan lebih dalam lagi, yaitu soal rasa damai, batin yang tenang, dan hidup yang penuh makna. Nah, biar makin jelas, coba kita lihat lewat kearifan lokal Bali yang terkenal: Tri Hita Karana.
Falsafah ini ngajarin manusia buat hidup seimbang dengan menjaga tiga harmoni: hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam. Kalau tiga hal ini selaras, maka kesejahteraan dan kebahagiaan bisa berjalan beriringan.
Pikiran Positif: Pondasi Awal Hidup Bahagia
Dalam ajaran Hindu, pikiran disebut sebagai "komandan" yang menentukan arah hidup. Pikiran negatif seperti iri, benci, atau amarah bisa bikin hati gelisah. Sebaliknya, pikiran yang positif membuka jalan menuju kedamaian batin.
Di Bali, kita bisa lihat praktik sederhana ini lewat tradisi canang sari yang dipersembahkan setiap pagi. Orang Bali membuat sesajen dengan penuh rasa syukur, sekaligus melatih pikiran agar senantiasa terhubung dengan hal-hal baik. Pikiran yang jernih inilah yang menjadi fondasi kebahagiaan.
Tujuan Hidup: Bukan Sekadar Mengejar Materi
Kalau ditanya tujuan hidup, banyak orang menjawab: kerja keras, cari uang, lalu menabung. Nggak salah memang, tapi kalau cuma berhenti di situ, hidup terasa kosong.
Dalam ajaran Catur Purusartha, ada empat tujuan hidup yang sebaiknya dijalani dengan seimbang: