Ruang kenang  membawamu kembali
Kerinduanku merengkuh wujudmu hadir dalam tidurku
Seolah tak ada kealpaan di antara kita
Bibirmu merekah dan berkali-kali jemarimu melucuti pundakku
Ada rasa khawatir saat kulihat perhiasan emas di tanganmu
Dan cincin emas di tiga jemari kurusmu
Aku membayangkan jika niat buruk sesorang akan menyakitimu.
Wajahmu tak berhenti menebar isyarat terlalu bahagia
Seketika aku tersadar, bukankah kau telah tiada di tiga kali Ramadhan.
Kuantan Singingi, 29 01 2021
Bocah Jentaka
Oleh Rubaida Rose
Kaki comel itu bergerak ke kiri dan ke kanan
Paras dan bola matanya terlihat berbunga-bunga
Hari ini  dia lepas dari perhatian sepasang wajah yang kelelahan
Satu persatu perkakas bermain nya jatuh mengitari ruang tidur
Tanpa sengaja jemarinya menyentuh pintu menuju pemandian
Jejak mungil itu semakin mendekati gemericik air kolam
Seketika tubuhnya  terjatuh
Buih-buih keluar berdesakan
Seolah teriak "Ayah, ibu bangun! tolong bocahmu!."
Kuantan Singingi, 29 01 2021
ISYARAT
Penulis Rubaida Rose
Saat daun kuning terlepas dari ranting, ranting berkusu-kusu pada batang. "Kita menunggu giliran kawan!."
Semburan lembut kembali menerpa pucuk. Pucuk  mulai menjulur melihatkan kecantikannya  yang memesona.
Hijau muda dan begitu lembut.
Seketika serangga daun bersorak-sorai. Mulai berebut mengerumuni pucuk yang terlihat lezat. Sembari menunggu matahari muncul. Serangga duduk di pusara pucuk dan membuatnya layu tersiram kotoran serangga.
Keesokan harinya pucuk jatuh ke tanah.
Ranting kembali berbisik.
"Bersiaplah kawan pucuk telah menyusul daun kuning."
Kuantan Singingi, 22 Januari 2020