Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pelajaran Berharga dari Krisis Kependudukan Jepang

2 Maret 2023   12:16 Diperbarui: 2 Maret 2023   12:33 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo:  headtopics.com 

Dari sisi perekonomian Jepang kini menghadapi masalah yang sangat serius seperti meningkatnya jumlah lansia, menyusutnya tenaga kerja, pendanaan pesiun yang semakin meningkat, serta peningkatan biaya kesehatan akibat semakin menuanya populasi.

Di era tahun 1980an dimana ketika itu perekomoian Jepang mencapai masa  jayanya, Jepang belum mengalami masalah kependudukan ini, namun jika dilihat setelah era tersebut populasi Jepang terus mengalami tren penurunan sehingga di tahun 2021 penduduk Jepang hanya mencapai 125,5 juta saja.

Penurunan angka kelahiran di Jepang ini tentunya tidak terlepas dari penurunan tingkat kesuburan penduduk Jepang yang saat ini hanya mencapai 1,4 saja jauh dari angka 2,1 yang diperlukan untuk mempertahankan stabilitas populasi.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya jumlah penduduk lansia Jepang kini semakin meningkat dan mencapat Jepang sebagai salah satu negara yang harapan hdupnya tertinggi di dunia.

Sebagai gambaran di tahun 2020 berdasarkan data yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang,  jumlah penduduk Jepang yang usianya  100 tahun atau lebih mencapai 1.500 orang.

Perubahan Sosial

"Keengganan" masyarakat Jepang untuk memiliki anak memang dapat dimengerti karena biaya hidup di Jepang sangat tinggi.  Disamping itu keterbatasan ruangan dan kurangnya dukungan pemerintah dalam pengasuhan anak utamanya di wilayah perkotaan membuat keluarga kesulitan dalam membesarkan anak.

Dalam situasi seperti ini tidak heran jika jumlah pasangan yang memutuskan untuk tidak memiliki anak semakin besar utamanya di kota kota besar.

Disamping itu pertumbuhan perekonomian negara Jepang  sudah mulai berhenti sejak tahun 1990 an sehingga menyebabkan terjadinya  upah yang diterima oleh pekerja. 

Dalam kondisi seperti inilah tidak heran jika hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga keuangan Jefferies di tahun 2022 menempatkan Jepang sebagai salah satu negara termahal untuk membesarkan anak.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang rara rata pendapatan  rumah tangga Jepang per tahun menurun dari 6,59 juta yen (sekitar Rp 737.673.397.00) di tahun 1995 lalu menjadi hanya 5.64 juta Yen (sekitar Rp 631.332.012.00) pada tahun 2020 lalu.

Kondisi penurunan pendapatan ini tentunya juga memiliki andil besar dalam penurunan angka kelahiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun