Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pertemuan ASEAN- Amerika, Akankah ASEAN Tunduk pada Keinginan Amerika?

13 Mei 2022   11:17 Diperbarui: 14 Mei 2022   09:05 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Khsusu ASEAN-Amerika berlangsung 12-13 Mei 2022. Photo: AFP. 

Akhir pekan ini merupakan momen penting bagi ASEAN , karena mendapat undangan khusus dari Joe Biden untuk melakukan pertemuan di negara Paman Sam ini.

Tidak tanggung tanggung jika di jaman Barack Obama tahun 2016 lalu,   ASEAN pernah diundang oleh Amerika di the Sunnylands ranch in California, maka dalam catatan sejarah setelah 45 tahun baru kali ini pimpinan ASEAN diundang ke White House.

Kepentingan Politik

Ada pertanyaan yang paling mendasar mengapa Joe Biden yang selama ini memfokuskan perhatiannya pada Jepang,  Korea  dan Tiongkok, tiba tiba melirik ASEAN?

Pertemuan ASEAN dan Amerika yang  akan berlangsung selama  2 hari memang terasa sangat spesial bagi ASEAN karena Joe Biden akan menyambut kedatangan pada pimpinan ASEAN ini dengan Red Carpet.

Agenda pertemuan pada tanggal 12 Mei waktu Amerika adalah mengunjungi The Capitol dimana para pimpinan negara  akan bertemu dengan Nancy Pelosi yang posisinya saat ini adalah House Speaker yang dilanjutkan dengan pertemuan dan makan siang bersama anggota parlemen dari partai Republik dan Partai Demokrat.

Setelah itu diagendakan pertemuan dengan Sekretaris Perdagangan dan juga pengusaha untuk mendiskusikan kerjasama ekonomi.

Pada sore harinya para pimpinan ASEAN ini akan diundang makan malam bersama Joe Biden di White House.

Jika ditelisik lebih dalam lagi dari pernyataan pejabat senior Amerika memang pertemuan ini bukanlah sekedar basa basi saja sebagai penghormatan pada ASEAN, namun ada agenda khusus dari Amerika agar paling tidak ASEAN dapat dimanfaatkan untuk kepentingan politik Amerika.

Pejabat senior Amerika menyatakan bahwa  pertemuan ini merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk mendengarkan aspirasi ASEAN dan mendengarkan apa yang dapat dibantu oleh Amerika dalam mewujudkan aspirasi ini.

Dalam pertemuan ini akan ada acara pertemuan pribadi dengan presiden Biden yang tentunya dimaksudkan untuk menyampaikan keinginan khusus Joe Biden terhadap para piminan ASEAN ini.

Seusai acara pada hari pertama, pada tanggal 13 Mei 2022 pertemuan  dilanjutkan dengan Wakil Presiden President Kamala Harris dan Secretary of State Antony Blinken yang akan memfokuskan pembicaraan pada kerjasama kelautan, pemulihan akibat pandemi, kesehatan dan perubahan iklim.

Kunjungan para piminan ASEAN ini dinilai istimewa karena pada hari kedua ini para piminan ASEAN akan kembali bertemu dengan Joe Biden.

Arah politik pertemuan ini memang sudah dapat dibaca dari awal dimana Amerika berupaya untuk mendapatkan dukungannya dalam perang Rusia dan Ukraina dan situasi keamanan di laut Tiongkok Selatan yang melibatkan Tiongkok.

Akankah ASEAN Tunduk?

Pertanyaan yang paling mendasar adalah apakah ASEAN sebagai organisasi dapat dipengaruhi dan diarahkan oleh Amerika untuk mendukung kepentingannya?

Dalam perang Rusia dan Ukraina, satu satunya negara ASEAN yang menentukan sikapnya mendukung Amerika adalah  Singapura, sedangkan negara ASEAN lainnya memilih untuk tidak memihak dan tidak memberi sangsi pada Rusia.

Dengan posisi Indonesia sebagai Chair G20 yang akan melakukan pertemuan puncaknya di Bali tahun ini akan menjadi kunci diplomasi Amerika untuk berusaha merealisasikan keinginannya untuk menghukum Rusia.

Indonesia memang telah menentukan sikapnya dengan tidak mengeluarkan Rusia pada pertemuan puncak G20 ini namun sebagai imbalan untuk memenuhi keinginan Amerika dan sekutunya,pimpinan Ukraina akan diundang dalam pertemuan ini.

Ketususan ini memang sangat erat dengan tarik ulur dan tekanan yang dilakukan oleh Amerika dan sekutunya karena sangat tidak lazim pertemuan puncak G20 mengundang negara yang bukan anggota G20.

Disamping Indonesia, tahun ini Cambodia akan menjadi tuan rumah the East Asia Summit dan Thailand akan menjadi tuan rumah the Asia Pacific Economic Cooperation forum.

Jadi dalam hal ini Amerika dapat membaca dengan jelas pentingnya peran sentral negara yang tergabung dalam ASEAN dalam hal geopolitik dan perekonomian di kawasan.

Jika seandainya  dalam pertemuan nanti Amerika berhasil melakukan negosiasi yang akan mendukung kepentingannya maka tujuan  "diundangnya" pemimpin ASEAN secara khusus ke Gedung Putih paling tidak membuahkan hasil.

Seperti yang telah diuraikan di atas, salah satu target pertemuan ASEAN-US ini adalah mendapatkan dukungan ASEAN sebagai bagian dari startegi Indo-pacific  nya Amerika

Selama ini beberapa negara ASEAN memang  terlibat langsung dengan ketegangan klaim perbatasan dengan Tiongkok terkait laut Tiongkok Selatan.

Di lain pihak Amerika memang berupaya untuk menahan laju dominasi Tiongkok di kawasan ini dan juga di dunia, baik dalam hal politik, keamanan dan ekonomi.

Oleh sebab itu, sangat masuk akal jika Amerika mencoba memanfaatkan ketegangan ini untuk menarik ASEAN ke pihaknya untuk menahan dominasi Tiongkok.

Amerika tentunya sangat berharap ASEAN dapat bersatu untuk melawan klaim perluasan wilayah Tiongkok ini untuk kepentingan politiknya di kawasan ini.

Hal ini tampak jelas ketika America secara terang terangan   mendukung dan mempersenjatai Taiwan untuk menghentikan dominasi Tiongkok di kawasan ini, padahal selama  Amerika secara politik mengakui kebijakan one China.

Hal lain yang menarik untuk dianalisa adalah sikap lunak Amerika terhadap kudeta yang dilakukan oleh pihak militer yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing terhadap pemerintahan  demokratis pimpinan An San Suu Kyi.

Amerika yang selama ini terkenal sangat galak menegakkan HAM ternytaa tidak dapat berbuat banyak dalam hal kudeta militer di Myanmar yang telah memakan korban jiwa 1,833 orang dan telah melakukan penahahan tanpa proses peradilan  sebanyak  13,500 orang.

Dalam pertemuan ASEAN-US ini pimpinan Myanmar memang tidak diundang karena alasan kudeta yang dilakukannya, namun masalah kudeta yang dilakukan oleh militer Myanmar terkesan dibiarkan oleh Amerika dan sekutunya arena tidak memiliki nilai politik dan ekonomi yang strategis bagi mereka.

Di kalangan  ASEAN sendiri dengan alasan solitaritas ASEAN, masalah Myanmar ini tetap menjadi duri dalam daging yang berpotensi membuat sikap ASEAN terbelah.

Rekomendasi   ASEAN agar Myanmar melaksanakan 5 konsensus ASEAN yang dikeluarkan  pada tahun April 2021 lalu sama sekali tidak dihiraukan oleh pimpinan kudeta Myanmar.

Bahkan sikap pimpinan ASEAN saat ini yang dipegang oleh Cambodia dapat dinilai menjadi sumber perbedaan pendapat di kalangan ASEAN yang semakin menajam.

Hun Sen pimpinan Cambodia tercatat merupakan pimpinan negara pertama yang mengunjungi Myanmar setelah terjadinya kudeta militer dan dapat dibaca sebagai dukungan terhadap pemerintahan militer Myanmar.

Sebagaimana istilah yang sering kita dengar "tidak ada makan siang  yang gratis", diundangnya para pemimpin negara yang tergabung dalam ASEAN secara khusus di Gedung putih ini memang dapat dianggap  sebagai satu kehormatan bagi ASEAN.

Namun di lain pihak hasil pertemuan inilah  yang paling penting yang akan menentukan apakah ASEAN masih dapat menjaga jati dirinya atau akan condong mengakomodasi kepentingan politik Amerika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun