Mohon tunggu...
Roy SamsuriLubis
Roy SamsuriLubis Mohon Tunggu... Buruh - Penyiar paruh waktu

Pemikir Penuh Waktu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Langit dan Surga

21 Mei 2019   16:20 Diperbarui: 21 Mei 2019   16:45 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan bulan Juni dan Desember Rain telah berlalu

Langit pegam, gemuruh petir tak lagi berkecamuk di dada

Hujan memang menenangkan, tapi jernih matamu bak langit biru lebih menusuk kalbu

Aku memang tak bisa mengindar dari tumpahan rasa cinta. Namun, siapa kuasa tak bersua cahaya?

Kau cahayaku, bukan? Menerangi gelap jalan dan tatih langkahku

Amarah langit, gelembung awan, luapan banjir; kayangan tak melarang

Tumpah ruah kepedihan membanjiri senyum yang kuukir berlarut-larut

Sehari cerah menghapus gegap gempita kalut langit, badai; benderang

Apalagi yang perlu kutanya? Kebahagaian kembali berdenyut

Tiada pedih tak berujung senyum, pun tiada perih yang tak berakhir riang

Pilu hati telah kau obati, tak lagi ada kalut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun