Semar adalah simbol ganda: rakyat biasa (manusia bawah) sekaligus utusan suci (nabi/rasul).
Konsep ini disebut sebagai "double hermeneutika", yakni penafsiran ganda terhadap tokoh yang tampak sederhana tetapi menyimpan makna transendental.
Semar memiliki senjata simbolik berupa kentut, yang mewakili "suara rakyat" atau bentuk kritik terhadap kekuasaan---bahkan bisa menaklukkan tokoh dewa seperti Batara Guru.
Penulis menyebut bahwa siapa pun yang terkena kentut Semar akan kembali ke jalan benar, menunjukkan bahwa kekuatan Semar adalah moralitas dan kebenaran rakyat.
Konteks Sosial-Politik
Penulis menyinggung peran Semar dalam kritik sosial, seperti saat dalang mengkritik kekuasaan, atau dalam peristiwa 1988, saat rakyat berdemonstrasi melawan Presiden Soeharto.
Semar digambarkan sebagai simbol keberanian rakyat dalam melawan pemimpin yang zalim.
Penegasan Peran Semar:
Ismoyo atau Semar adalah pembimbing spiritual, pembawa keadilan, dan simbol pemimpin bijak.
Melalui metafora keturunan dan warisan nilai (bibit), Semar menjadi model ideal pemimpin Indonesia: kuat, bijak, membela kebenaran, dan berpihak pada rakyat.