Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Namun, bagi anak-anak Indonesia non-dokumen yang tinggal di Penang, Malaysia, akses terhadap sekolah formal masih menjadi tantangan besar. Di tengah keterbatasan tersebut, Sanggar Bimbingan Belajar PERMAI hadir sebagai ruang belajar alternatif, memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk tetap merasakan proses pendidikan.
Kami, tim dosen dan mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (FIP UPI), merasa terpanggil untuk ikut berkontribusi. Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), kami memperkenalkan inovasi pembelajaran matematika berbasis Green Math Tasks Frameworks dengan bantuan platform Coloring Squared.
Belajar Matematika dengan Cara yang Menyenangkan
Matematika seringkali dianggap momok bagi sebagian siswa. Apalagi jika kondisi belajar serba terbatas, dengan ruang kelas sempit dan guru yang belum semuanya memiliki latar belakang pendidikan formal keguruan. Karena itu, kami mencoba menghadirkan pengalaman berbeda: belajar matematika lewat aktivitas mewarnai.
Dengan Coloring Squared, siswa mengerjakan soal matematika, lalu hasil jawabannya menentukan warna yang digunakan untuk mewarnai gambar. Pendekatan ini tidak hanya membuat siswa antusias, tetapi juga melatih ketelitian, pemahaman konsep, dan keterampilan mathematical problem solving.
Lebih dari itu, konten pembelajaran kami kaitkan dengan isu lingkungan. Siswa diminta membuat poster sederhana tentang pentingnya menjaga alam, menghubungkan konsep berhitung dengan kesadaran ekologis. Dari sini, mereka tidak hanya belajar angka, tetapi juga nilai.
Menguatkan Guru, Membimbing Anak
Tidak kalah penting, kegiatan PkM ini juga menyasar para guru di Sanggar Bimbingan PERMAI. Mayoritas dari mereka hanya lulusan SMA, sehingga masih membutuhkan penguatan kompetensi pedagogik dan keterampilan abad ke-21. Kami memberikan pelatihan, modul ajar, dan lembar kerja (LKPD) yang siap digunakan. Mahasiswa PGSD pun ikut berperan melalui simulasi mengajar. Mereka belajar langsung menghadapi realitas kelas dengan keterbatasan, sekaligus melatih kepekaan sosial sebagai calon pendidik.
Meski berlangsung dalam waktu terbatas, kegiatan ini meninggalkan kesan mendalam. Anak-anak begitu bangga menunjukkan hasil mewarnai sekaligus poster bertema lingkungan. Guru pun menyampaikan apresiasi karena merasa mendapat bekal baru untuk mengembangkan bahan ajar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI