Selayaknya benang yang berkelindan yang perlu diurai, kesempatan itu selalu hadir susul menyusul sama seperti benang yang semakin diulur semakin panjang dan tidak lagi ruwet. Semua kesempatan itu sejatinya saling berhubungan satu sama lain. Allah memberiku kesempatan untuk mencicipinya satu persatu. Naik tingkatan level demi level. Hingga prosesku untuk mengenali jati diri sebagai Rosendah hampir sempurna. Sebab setiap perjalanan membawa makna tersendiri untuk menjawab pertanyaan untuk apa aku dilahirkan.
Beberapa bulan setelah pulang dari menghadiri event FELT yang diadakan oleh PSKP Kemendikbud, aku menemukan event yang diadakan oleh Pusat Riset Pendidikan BRIN. Flyernya disebarkan oleh Dr. Trina Fizzanti, Kepala Pusat Riset Pendidikan BRIN. Flyer biru berisi undangan menulis Book Chapter Internasional dengan teman indigenisasi pendidikan/ dekolonisasi.
Seketika, memori tentang forum FELT menyeruak di ingatanku. Debar jantungku ketika berhadapan dengan seorang pembahas berlatar belakang BRIN masih terasa samar. Kekhawatiran akan kegagalan menjawab argumentasi logis sempat mencengkeram benakku. Empat puluh lima menit berlalu bagai peperangan intelektual; lima belas menit presentasi, dan sisanya, Aku merasa argumentasiku diuji tanpa ampun. Semua itu sudah terlewati.
Kenangan pahit manis itu kini membangkitkan rasa ingin tahu. Undangan dari BRIN seperti tantangan yang menarik untuk kujawab. Mungkin, ini adalah kesempatan untuk kembali berhadapan dengan atmosfer yang sama. Untuk mengukur kembali kapasitas diriku. Dorongan untuk mencoba semakin kuat. Aku merasa perlu dukungan. Aku pun mengajak dua orang temanku. Kuhubungi mereka via chat. Ternyata mereka sedang rapat ahadan. Dua staff UNIDA yang antusias dengan ajakanku. Untuk kemudian membicarakan rencanaku, tentu aku harus menunggu mereka selesai rapat.
Langkah pertama aku mulai membriefing kedua temanku dengan proyek yang akan kuinisiasi. Aku menjelaskan berbagai tema yang ditawarkan dan berbagai topik penelitian yang dapat dilakukan di UNIDA Gontor. Mereka yang memiliki jaringan yang luas dan kesempatan yang lebih baik dariku menawarkan berbagai macam narasumber yang dapat kugali informasinya. Tentu, aku perlu menimbang dengan kondisiku sebagai mahasiswi yang terbatas pergerakan dan perizinannya untuk keluar.
Rencana sudah disusun, tinggal eksekusinya. Pembagian tugas pun sudah dilakukan. Menembus batas cakrawala kali ini adalah satu langkahk menuju cita. Bismillah. Apa pun hasilnya sebuah kesempatan memang harus dicoba. Waktu, tenaga, dan pikiran perlu dikorbankan. Demi menghadiri event bergengsi yang diadakan oleh Pusat Riset Pendidikan BRIN Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI