Desa FalcadeÂ
Kami menuju ke desa Falcade dengan menumpang kendaraan yang disopiri Sandro. Disini stir sebelah kiri tidak sama dengan kita disebelah kanan. Jadi suami tidak berani mengemudikan karena kikuk dengan aturan jalan yang berbeda dengan kita. Maka walaupun suami hobi nyetir tapi memutuskan untuk tidak mengemudikan kendaraan demi untuk keselamatan kami semuanya Â
Menurut Magaret dimusim dingin jalan jalan penuh salju yang harus dibersihkan dan kendaraan yang lewat harus memakai rantai supaya tidak tergelincir. Bila mau berolah raga ski bisa ,ada dibeberapa km dari Falcade.
Diajak makan
Pertama kali kami diajak makan oleh keluarga pastor Stradioto. Kami sekarang hati hati bila diajak makan .Pertama tama roti diserakan diatas taplak meja (hal biasa tradisi di Itali ).Roti ini dimakan pakai daging yang dibuat seperti pergedel. Siap makan roti perut sudah merasa agak kenyang. Â Masih ada lagi daging panggang dengan kentang goreng sebagai pembukaan .
Untuk menolak rasa segan tetapi selesai makan daging dan kentang goreng benar benar tak sanggup lagi.Ketika disuguhi secara terpaksa mengaku sudah tak muat lagi.  Mereka tidak ada membuang makanan semua bersih piringnya. Terpaksa menolak makanan yang disajikan lagi buat buat kami walaupun sesungguhnya semua masakan enak banget  .
Taman Umum
Selesai makan siang kami diajak ke taman Umum yang berjarak beberapa menit dengan kendaraan. Disini anak anak bisa bermain sepuasnya sedang kami duduk duduk dibawah atap tempat istirahat .Dengan memandang pemandangan yang indah sepuasnya. Tanpa terasa hari sudah menuju senja,kamipun harus meninggalkan lokasi.
Es Cream Gelato
Sebelum pulang kami diajak makan es Cream Gelato direstoran yang satu satunya di desa Falcade menjual es Cream Rsetoran dan gaya tenpat es cream masih asri serta pakaian pelayannya semua serba kuno tak ada perabotan modern disini.
Berada bersama keluarga yang menerima kami seperti sahabat lama. Begitu terharu karena yang kami kenal hanya  Frederika dan suami pernah jumpa di rumah Magaret.Semua seolah kerabat yang sudah lama tak jumpa .
Kesimpulan:
Bertapa  bahagianya kami menerima sambutan hangat dari keluarga Dr Frederika yang baru kami kenal. Kami bersyukur mendapatkan teman yang begitu antusiasnya menyambut kami seperti keluarga sendiri.
Hal ini semakin menghadirkan pencerahan dalam diri  bahwa perbedaan suku bangsa bukanlah halangan untuk menjalin hubungan persahabatan. Karena itu kami berdua sudah bertekad , bila kami berdua sudah diizinkan pulang kampung, maka kami ingin mengundang semua sahabat di Kompasiana untuk santap bersama Agar hubungan persahabatan kita semakin erat. Semoga menjadi doa kita bersama.Â
20 Oktober 2021.
Salam saya,
Roselina.