Mohon tunggu...
Rosa Folia
Rosa Folia Mohon Tunggu... Independent Writer -

Bachelor of Arts in International Relations from Universitas Airlangga; Master of Arts in International Relations from Universitas Gadjah Mada. Politics, social, culture, football (not necessarily in that order). [Twitter: @folia_deux] [E-mail: rosafolia20@gmail.com]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Toleransi, Tokoh Agama dan Internet

24 Agustus 2016   21:38 Diperbarui: 25 Agustus 2016   11:09 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus Bertemu Imam Besar Blue Mosque di Turki (www.dailybeast.com)

Pada akhirnya kita pun punya peran aktif untuk meminta pertanggungjawaban para tokoh agama yang mengancam persatuan kita sebagai bangsa, tidak hanya melalui media sosial,tapi juga di kehidupan nyata. Setiap pesan berkedok perintah agama yang mengancam persatuan bangsa dari mereka yang mengaku ahli agama harus dilawan.

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan mengutip kisah Nathan The Wise karangan Gotthold Ephraim Lessing:

Seorang ayah dari tiga anak lelaki memiliki sebuah cincin dengan kekuatan super. Cincin tersebut merupakan warisan turun temurun. Siapapun yang memilikinya akan sangat dicintai oleh Tuhan dan umat manusia.

Sang ayah lalu bingung akan mewariskan cincin tersebut kepada anaknya yang mana karena ia mencintai ketiganya. Ia berjanji pada masing-masing anaknya, tanpa saling mengetahui, bahwa cincin itu pasti akan diwariskan.

Mendekati kematiannya, si ayah masih belum bisa membuat keputusan. Kemudian ia diam-diam meminta ahli perhiasan untuk membuat dua duplikat cincin itu dengan sempurna. Sang ahli perhiasan pun berhasil, meski hanya satu cincin saja yang punya kekuatan super.

Saat sudah sekarat, si ayah memanggil anaknya satu per satu dan memberi cincin-cincin tersebut. Setelah meninggal barulah anak-anaknya tahu bahwa mereka bertiga punya cincin. Mereka pun bertengkar tentang cincin mana yang asli.

Untuk menyelesaikan perdebatan, ketiganya memutuskan meminta pendapat seorang juri yang bijaksana. Sang juri menjawab: Jika masing-masing dari kalian benar menerima cincin langsung dari tangan ayah kalian, maka anggaplah tiga cincin itu asli dan lanjutkan hidup dengan moral baik. Itulah yang bisa kalian persembahkan untuk Tuhan dan ayah kalian.

Akun Twitter: https://twitter.com/folia_deux

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun