Mohon tunggu...
NoVote
NoVote Mohon Tunggu... Guru - Mohon maaf jika tak bisa vote balik dan komen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar dan Sekolah Penggerak Golnya adalah "Pelajar Pancasila"

13 Maret 2020   00:44 Diperbarui: 13 Maret 2020   00:40 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Portal Jember | Mendikbud Nadiem Makarim: Organisasi Penggerak sebagai Inisiasi ...

Merdeka belajar sudah masuk ke sekolah. Hilangnya beban mental guru terlihat nyata. Meskipun masih ada sedikit gundah gulana. Persiapan UN 2020 bulan april mendatang. Namun nuansa merdeka benar-benar terlihat dari wajah para guru. 

Saya termasuk salah satu yang paling bahagia. Setiap kali masuk kelas pasti kata merdeka belajar berpitar di kepala. Saya harus menciptakan suasana yang benar-benar merdeka buat peserta didik saya.

Belajar sambil bergembira. Saya yakin dengan gembira kesulitan apa pun bisa diselesaikan. Minimal selesai dari rasa sedih dan khawatir. Gembira dan gembira. Begitulah saya memaknai merdeka belajar.

Melepaskan diri dari kungkungan masa lalu pendidikan peserta didik kita. Kalau yang sekarang ada di SMP berarti sejak 2013 mereka telah mengenal namanya kurikulum berbasis tematik yang mengadopsi seluruh materi dalam satu topik.

Begitu masuk SMP dijejali lagi dengan materi pembelajaran yang sungguh padat. Dengan bayang-bayang, awas nanti ada UN berbasos Komputer. Kesulitan akan menjadi dua kali lipat.

Nah, ketika "Merdeka Belajar" datang rasa merdeka benar-benar terasa. Baik oleh peserta didik maupun guru.

Seperti ketika terjajah, bagaimana rasanya? Kemudian merdeka? Pasti sorak sorainya bertahan lama dan benar-nenar berasal dari dalam hati.

Kini setelah merdeka belajar kita ngapain? Mengisi kemerdekaanya seperti apa?

Itulah kemudian program.merdeka belajar berlanjut dengan program sekolah penggerak. Mendikbud Nadiem Makarim seperti yang telah dirangkum oleh Kompas, mengungkapkan ada 4 ciri utama sekolah penggerak:

Sekolah penggerak adalah ada kepala sekolah yang mengerti proses pembelajaran siswa dan mampu mengembangkan guru yang berpihak pada siswa, menghasilkan profil Pelajar Pancasila, dan adanya dukungan komunitas yang mendukung proses pendidikan di dalam kelas

Dan dalam program sekolah penggerak ini, Mas Nadiem mengharapkan lahirnya Pelajar Pancasila yang memiliki 6 profil utama, yaitu berakhlak mulia, kreativitas, gotong-royong, kebhinekaan global, bernalar Kritis, dan mandiri.

Setelah dicermati apa yang disampaikan Mendikbud Nadiem Makarim, mengisi kemerdekaan belajar ternyata tak segembira merdekanya. Perlu kerja keras agar program sekolah penggerak terwujud.

Yang pertama adalah guru harus dikembangkan. Artinya dimulai dari kepala sekolah yang mengerti tidak hanya administrasi sekolah. Namun peran kepala sekolah menjadi sangat vital.

Kepala sekolah selaku pimpinan langsung guru di sekolah mampu mengembangkan kompetensi guru. Artinya minimal kepala sekolah harus kaji ulang kembali kompetensi guru yang ada.

Apalagi sekarang salah satu tupoksi kepala sekolah tidak lagi seperti dahulu. Kalau dahulu kepala sekolah adalah jabatan sebagai tugas tambahan. Kepala sekolah masih masuk ke dalam kelas dan berfungsi sebagai guru sebanyak 12 jam pelajaran perminggu.

Dengan tetapnya kepala sekolah mengajar, maka kepala tahu persis apa yang dilakukan guru. Kompetensi kepala sekolah sebagai guru masih melekat dengan kuat. Sehingga ketika diminta mengembangkan potensi guru tak perlu orang lain untuk memberikan bimbingan langsung.

Kegiatan bimbingan dapat berupa inhouse training di sekolah dengan kepala sekolah sebagai nara sumbernya. Lebih menghemat biaya dan waktu pelaksanaan.

Terkait dengan Pancasila, jika ketuk palunya top down biasanya mudah untuk dilaksanakan. Kita ambil contoh sederhana saja. Ketika surat edaran kepala dinas meminta setiap sekolah sebelum memulai pelajaran harus menyanyikan lagi Indonesia Raya. Maka sekolah langsung melaksanakannya.

Demikian juga ketika sebelum pelajaran dimulai peserta didik diminta membaca doa sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing pun langsing dilaksanakan.

Seperti itu juga dengan Pelajar Pancasila. Tinggal panduannya seperti apa, teknis pelaksanaannya seperti apa. Kemudian instruksi dari Kementrian ke Kepala Dinas di seluruh Indonesia. Langsung pasti akan dilaksanakn.

Namun begitu, terkait masalah karakter Pancasila tetap saja top down juga berjalan. Kepala sekolah memberi contoh kepada guru, guru memberi contoh kepada peserta didik. Kalau ada teladan dari semua fihak. Peserta didik akan mudah di Pancasilakan. Slogan pelajar Pancasila sudah ada di depan mata.

Ketika teladan tentang berakhlak mulia, kreativitas, gotong-royong, kebhinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri, menjadi budaya di sekolah maka seluruh warga sekolah akan ikut dengan sendirinya.

Dan yang terakhir terkait dukungan komunitas terutama pelaku dunia usaha, hal ini berkaitan dengan dana. Yang terpenting adalah transparansi pengelolaan keuangan oleh sekolah kepada seluruh warga sekolah.

Sinergi semua pihak pasti sangat diharapkan untuk keberhasilan program sekolah penggerak. Kuncinya tetap ditangan kepala sekolah sebagai pimpinan langsung di lapangan. Dan golnya adalah "Pelajar Pancasila." Ayo, kita bisa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun