Malam di desa seperti Selomerto merupakan saat istirahat yang mewah. Kemewahan yang dibawa suara jangkrik dan lampu kunang-kunang mengirimkan dongeng dalam mimpi manusia.
"Mas, sepertinya Njenengan kudu bicara dengan Pak Bupati." Menik membuka percakapan.
"Untuk minta surat persetujuan instansi penerima kah? Bukankah cukup dengan Pak Kadis Pendidikan?"
"Bicara saja sama Pak Bupati. Kan ujungnya yang memberi persetujuan juga beliau."
"Baik. Aku pikir lebih efektif begitu. Hari jumat beliau biasanya safari keliling kecamatan. Nanti aku minta untuk mendampingi beliau. Aku sampaikan permintaan Bapak saat bertemu beliau."
"Makasih Mas. Aku sebenarnya pengen Bapak pensiun aja. Kalau mutasi tugas kan Bapak masih mengajar di sini. Usaha kita butuh orang yang menungguinya full time."
"Kita ikuti beliau saja dulu. Namanya juga orang tua. Lagipula, Bapak punya prestasi selama menjadi guru puluhan tahun ini. Tidak mudah bagi beliau untuk meninggalkan semuanya. Nanti beliau bisa memutuskan sendiri kalau sudah di sini dan berhadapan dengan dua pekerjaan sekaligus."
"Makasih, Mas. Aku selalu merepotkanmu."
"Gak lah. Kita kan tim yang hebat." Suami Menik tersenyum.
"Aku boleh gak mengatakan sesuatu hal lain?"Menik memohon.
"Boleh. Apakah itu?"