“Hanya ada yang aneh, Bro. Kamu boleh percaya, boleh juga tidak. Kalau pengaturan karakter mengikuti avatarku dan avatar Rian, kami bisa masuk jauh ke dalam pertempuran kota half life 2. Tapi begitu pakai avatarmu, baru pada awal permainan sudah modar.”
Tawa ketiga anak muda itu pecah mengalihkan pandangan para pengunjung warung pada mereka.
“Kok. Bisa?” Guruh tidak percaya.
“Ya, mbuh. Aku yo ora mudeng.” Rian tertawa.
“Jadi kami menciptakan avatar baru. Karakter gadis tanpa nama dengan fungsi unik. Fungsinya adalah menuntun avatarmu untuk bertempur secara otomatis tanpa harus memasuki kota.” Danang menghibur.
“Maksudnya, aku harus dibantu perempuan agar bisa bertempur?” Guruh protes.
“Sebenarnya dia tidak membantumu bertempur. Dia hanya menuntunmu.”
Danang menunjukan avatar baru ciptaannya kepada Guruh.
“Mirip, Cindy.” Guruh menggoda.
“Matamu.” Sergah Danang disambut tawa Guruh dan Rian.
Ketiga anak muda itu keluar dari warung dan kembali ke tempat kerja mereka. Langkah mereka mantap. Menantang hari yang tak pernah berhenti.