Mohon tunggu...
Rooy John
Rooy John Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma Orang Biasa

God gave me a pair of wings Love and Knowledge With both, I would fly back home to Him

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memilih Jalan, antara Demodernisasi atau Remodernisasi?

26 Januari 2022   20:20 Diperbarui: 27 Januari 2022   22:17 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bekerja di kafe. (sumber: monkeybusinessimages via kompas.com)

Makan ayam goreng di McDonald itu modern, kalau menyantapnya di rumah makan Suharti itu tradisional. Kalau minum es teh di warung tepi trotoar, bisa minta tambah gula, bayarnya cuma Rp.1.500. 

Kalau minum Ice Tea di Pizza Hut, pakai gula sintetis pun, tidak bisa minta tambah, bayarnya Rp.22.000.

Demikianlah, dunia kita hari ini. Menjadi modern itu bermakna menjadi orang barat atau menjadi orang Amerika. Kalau tidak keduanya, tidak modern. Ironi terbesarnya adalah, kognisi kita mengkonfirmasi hal itu. 

Pesta perayaan ulang tahun kalau memotong tumpeng itu klenik, yang modern itu berpesta di resto cepat saji. Telepon genggam yang diletakan di atas meja saat bersua teman itu kalau bermerek impor, telepon buatan Indonesia itu kuno.

Persis pada hal-hal praktis inilah, modernisasi membawa pada masyarakat local dimana ia diadopsi menjadi kebijakan pemerintah atau perilaku masyarakat, tiga kaki konseptualnya yang tampak rapuh, meski dibalut atribut cerlang cemerlang. 

Kaki-kaki yang menjadi sasaran kritik itu adalah (1) definisi modernisasi, (2) pendekatan modernisasi, dan (3) katup pengaman modernisasi.

Persoalan definisi, sebagai titik kritis pertama, sudah sedikit disinggung di atas. Seakan akan modern itu bermakna kebarat-baratan atau keamerika-amerikaan. 

Sejatinya, modernisasi bermakna transformasi. Transformasi dari yang ditunjukan oleh indicator industrialisasi. Kalau semula petani membajak sawah menggunakan kerbau, kemudian berganti membajak dengan tractor, itu modernisasi. 

Bukan berarti modernisasi adalah mengubah lahan pertanian menjadi area industri yang berujung pada hilangnya lumbung pangan, teralienasinya petani dari lingkungan industri yang dipenuhi pekerja migran, dan hijrahnya petani ke kota berganti profesi menjadi pemulung.

Transformasi menuju modernisasi ini seratus persen adalah kebijakan local. Lokal dalam skala daerah. Lokal pula dalam skala negara. 

Jika pemerintah dan pemerintah daerah sanggup menjaga dan memanfaatkan kelembagaan local seperti arisan, subak, gugur gunung, masohi dan sebagainya sebagai media untuk mengubah masyarakat menjadi modern tanpa kehilangan jati diri, maka modernisasi mencapai titik keberhasilan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun