Kedokteran modern, radio transistor serta militer modern adalah inti "paket modernisasi". Â Tetapi aplikasi ketiganya tidak merusak nilai tradionalis masyarakat.
Ketiga, pendekatan meta teori. Apa yang kini menjadi "paket modernisasi" berikut kebijakan-kebijakannya bertopang pada meta teori barat tentang harmoni semesta dimana bumi dan semua benda langit dalam gugus Bima Sakti bergerak mengelilingi matahari.Â
Sebagaimana dikritisi Durkheim, ilusi Kopernikan ini telah menuntun kesadaran dan perilaku manusia Barat. Ilusi yang kini semakin rapuh oleh sanggahan bahwa bumi sesungguhnya statis dan merupakan pusat dari alam semesta.
Gugatan meta teori ini, sekaligus kritik pada metodologi pengetahuan yang menempatkan manusia sebagai pusat dari segala pengetahuan. Sudah saatnya, manusia menempatkan Tuhan sebagai pusat pengetahuan.Â
Kehadiran Tuhan pada pusat pengetahuan tidak serta merta menjadikan ilmu pengetahuan sebagai tautologi. Ilmu pengetahuan justru bekerja pada mekanismenya dituntun oleh kesadaran bahwa manusia bersifat terbatas, demikian halnya ilmu pengetahuan.
Persoalan terakhir adalah katub pengaman modernisasi. Memperhatikan kedua persoalan di atas, baik definisi maupun pendekatan, suatu alternatif pemikiran diperlukan untuk penyempurnaan modernisasi.Â
Jika katup itu adalah jalan melakukan gradasi modernisasi, ia dapat disebut de-modernisasi.Â
Jika itu adalah katub memperbaiki modernisasi, ia dapat disebut re-modernisasi. Apapun itu, modernisasi membutuhkan pemikiran baru, untuk menyelamatkannya sebagai konsep, tetapi lebih penting lagi, menyelamatkan societal.
Jalan Keseharian
Jadi pada akhirnya, persoalan HP 5G berpulang pada tiga tindakan praktis berkaitan dengan kritik atas modernisasi.
Pertama, saya bisa tetap hidup sebagai masyarakat modern tanpa harus memiliki HP 5G. Kalaupun saya memilih membelinya tidak juga bermakna saya orang modern dan yang tidak memiliki tidak modern.