Sementara itu, untuk tanaman berbunga seperti mawar, melati, atau anggrek, frekuensi pemberian pupuk sedikit berbeda. Cukup semprotkan larutan pupuk ke bagian daun dan batang tanaman setiap sepuluh hari sekali. Penyemprotan ini dapat membantu merangsang pertumbuhan bunga dan membuat warnanya lebih cerah tanpa mengganggu keseimbangan media tanam.
Sedangkan bagi Anda yang merawat tanaman hias indoor seperti monstera, aglaonema, atau calathea, pupuk cair bisa diberikan lebih jarang. Cukup satu kali dalam dua minggu dengan dosis yang lebih ringan dibanding tanaman outdoor. Tujuannya agar tanaman tetap subur namun tidak terlalu lembab, mengingat tanaman dalam ruangan biasanya tumbuh dalam media yang lebih terbatas.
Dengan pola pemupukan yang tepat ini, berbagai jenis tanaman dapat tumbuh sehat secara alami tanpa perlu pupuk kimia tambahan.
Ampas saringan juga bisa dimanfaatkan sebagai kompos padat di pot atau kebun.
Tips Penting Agar Hasil Maksimal
- ✅ Aduk rutin agar tidak busuk
- ✅ Jangan terlalu banyak air agar pupuk tidak bau
- ✅ Simpan di tempat teduh, tidak terkena hujan langsung
- ✅ Kombinasikan bahan agar nutrisi beragam
Lebih Dari Sekedar Pupuk, Ini Solusi Lingkungan
Pakar pengelolaan sampah KLHK, Novrizal Tahar, menyebut pengolahan limbah dapur di rumah bisa mengurangi beban TPA secara signifikan.
“Jika 50 persen rumah tangga Indonesia mengolah limbah organik menjadi pupuk, kita bisa mengurangi 10 juta ton sampah per tahun,” katanya dalam diskusi publik KLHK, Mei 2025.
Gerakan Kecil, Dampak Besar
Mulai dari dapur Anda sendiri, ubah sisa sayuran dan ampas dapur menjadi pupuk bermanfaat. Tidak butuh teknologi rumit, cukup ketekunan sederhana. Dengan langkah kecil ini, Anda tidak hanya membantu tanaman di rumah tumbuh subur, tapi juga ikut menjaga bumi tetap sehat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI