Mohon tunggu...
Rona Suci Puji Lestari
Rona Suci Puji Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswi Teknologi Laboratorium Medik yang suka menulis tentang sains, kesehatan, dan kehidupan sehari-hari dari sudut pandang sederhana, tertarik dengan hal-hal kecil di sekitar.

hobi travelling, membaca jurnal sains, dan bereksperimen kecil di laboratorium, menikmati waktu dengan kopi dan kucing.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bisakah Daun Penolak Bala Menaklukkan Bakteri?

9 Oktober 2025   12:00 Diperbarui: 9 Oktober 2025   11:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Tanaman Otok-otok: Flemingia strobilifera (Dokumentasi Pribadi))

Hasil analisis menunjukkan daun Otok-otok menyimpan 87 senyawa aktif, mayoritas termasuk golongan flavonoid yang terkenal memiliki efek antioksidan, antiinflamasi, dan antibakteri.
Menariknya, ditemukan pula Aldgamycin I, antibiotik alami yang umumnya hanya dihasilkan oleh mikroba. Temuan ini mengindikasikan adanya simbiosis unik antara tanaman dan mikroba endofit yang hidup di dalam jaringan daunnya.

Untuk mengungkap mekanisme kerja senyawa tersebut, tim menggunakan dua pendekatan.
Pertama, analisis kimia menggunakan alat canggih yang dapat mengidentifikasi kandungan molekul di dalam daun.
Kedua, dilakukan simulasi komputerisasi atau uji in silico—yakni memodelkan interaksi senyawa Otok-otok dengan protein milik bakteri.

Sederhananya, setiap senyawa diuji seperti kunci yang dicocokkan ke gembok protein bakteri. Bila cocok, aktivitas bakteri akan terganggu. Hasil simulasi menunjukkan beberapa senyawa Otok-otok mampu menempel kuat pada target protein, bahkan hampir sekuat antibiotik medis.

Bukti Nyata di Laboratorium

Tak berhenti di simulasi, tim juga melanjutkan ke tahap uji laboratorium langsung (in vitro). Ekstrak daun Otok-otok diuji terhadap E. coli dan S. aureus di cawan petri.

Hasilnya tampak jelas: terbentuk zona bening di sekitar ekstrak, menandakan pertumbuhan bakteri berhasil dihambat.
Fenomena ini menjadi bukti kuat bahwa Otok-otok memiliki aktivitas antibakteri nyata, bukan sekadar hasil dugaan komputer semata.

Penelitian ini sekaligus menegaskan bahwa kearifan lokal dan sains modern dapat saling melengkapi. Apa yang dulu hanya dipercaya secara turun-temurun, kini mulai terverifikasi secara ilmiah.

Dari Dusun Banyuwangi untuk Dunia

Penemuan ini bukan hanya kabar baik bagi dunia akademik, tapi juga bagi upaya global melawan resistensi antibiotik.
Dari dusun kecil di Banyuwangi, muncul harapan baru bahwa tanaman lokal Indonesia bisa menjadi sumber inovasi kesehatan dunia.

Selain nilai ilmiahnya, riset ini juga punya nilai sosial-budaya tinggi. Ia menjadi contoh bagaimana pengetahuan tradisional bisa menjadi pijakan bagi penelitian modern, sekaligus menghidupkan kembali minat terhadap tanaman obat Nusantara.

Ke depan, penelitian lanjutan diperlukan untuk memurnikan senyawa aktif dan memastikan efektivitasnya secara klinis. Kolaborasi lintas bidang dan dukungan dari berbagai lembaga riset sangat dibutuhkan agar potensi besar ini dapat dikembangkan lebih jauh.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun