Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Walaupun Ada Berita Baik, Mengapa Dolar AS Tetap Mengamuk?

7 September 2018   06:00 Diperbarui: 7 September 2018   06:39 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disertai dengan penguatan dolar AS ke hampir semua mata uang dunia termasuk rupiah.

Argentina mengalami krisis dan meminta bantuan IMF di bulan Mei 2018. Dilanjutkan dengan ambruknya Lira Turki yang sempat turun nilai tukarnya sebesar 18% dalam sehari (Jumat 10 Agustus 2018).

Krisis kedua negara berkembang tersebut dikhawatirkan akan menyebar ke negara berkembang lain seperti Afrika Selatan, India dan Indonesia.

Bagaimana dengan pandangan Analis?

Menurut Karine Hirn (East Capital Aset Management), tekanan terhadap ekonomi negara berkembang sebagian disebabkan oleh menguatnya dolar AS, meningkatnya harga minyak tetapi yang utama adalah sentimen dari pelaku pasar.

"Jangan dilupakan bahwa secara umum pasar negara berkembang terpengaruh oleh sentimen negatif (krisis Argentina dan Turki misalnya) karena banyak investor adalah investor asing dan bukan investor domestik. Sekarang ini memang suhu perdagangan internasional sedang meriang akibat meningkatnya tensi dagang." kata Karine

Tetapi Karine menekankan bahwa sampai saat ini dia tidak melihat adanya masalah besar karena secara umum bisnis cukup baik.

Kepala Riset Asia Bank ANZ, Khoon Goh mengatakan kepada CNBC bahwa fundamen ekonomi Indonesia cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di kuartal dua (5,27%).

Tekanan terhadap rupiah adalah ketakutan pasar keuangan terhadap kemungkinan menyebarnya krisis Argentina dan Turki. Ketakutan ini akan menambah beban pemerintah Indonesia dalam menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Vishnu Varathan, Kepala Ekonom dan Strategy Mizuho Bank mengatakan bahwa saat ini ketakutan terhadap risiko penyebaran krisis di negara berkembang terlalu dibesar-besarkan namun memang bisa dimengerti.

"Yang paling penting adalah memitigasi risiko penyebaran krisis. Ambruknya Peso Argentina dan Lira Turki sangat berbeda dengan penurunan nilai tukar rupee India dan rupiah Indonesia." Kata Vishnu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun