Mohon tunggu...
Filsafat Pilihan

Seperti Apa Sistem Pemerintahan Gereja yang Baik?

16 Mei 2018   15:25 Diperbarui: 16 Mei 2018   23:40 9580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alkitab Perjanjian Baru memberikan gambaran sejarah yang secara kurun waktu tidak sampai satu abad dan gereja juga pernah menggunakan salah satu dan kombinasi daripada system pemerintahan gereja pada gereja mula-mula. Tentu saja perkembangan zaman membutuhkan kecermatan gereja dalam mengatur secara bijaksana pelayanannya yang tulus dan murni. 

Penerapan sistem pemerintahan gereja tetap haruslah didasarkan kepada Firman Tuhan dan pengaturan Tubuh Kristus untuk kemuliaanNya, bukan untuk kepentingan-kepentingan tertentu melalui penerapan model-model tersebut.   

Banyak para ahli Ekklesiologi sekarang ini,  terkait Sistem Pemerintahan Gereja,  semakin cenderung kepada sistem Presbiterian karena dianggap lebih mencontoh gereja mula-mula atau lebih Alkitabiah.  Beberapa catatan penting yang harus diingat terutama oleh jemaat adalah : 

  • Pertama, sejak zaman gereja mula-mula, gereja sudah mengatur dirinya sendiri dan tidak ada apa yang namanya pendelegasian wewenang para rasul.
  • Kedua, pemilihan para pelayan didalam gereja, para penatua dan diaken tidak dilakukan oleh jemaat yang masih belum matang kerohaniannya karena itu pemilihannya harus dilakukan oleh para penatua dan diaken yang telah terbukti baik kesalehan, pelayanan  dan karakternya didalam jemaat. (1 Tim. 3; Titus 1). Persyaratan ini penting dicatat, karena sering terjadi pemilihan penatua dan pejabat gereja yang hanya karena memiliki posisi didalam masyarakat dan tidak memiliki spritualitas yang baik akhirnya menciptakan kondisi yang buruk didalam pelayanan gereja.
  • Ketiga, pada umumnya jemaat mempercayai pentingnya Kepemimpinan Pendeta atau Penatua didalam gereja karena Kelompok tanpa pemimpin cenderung akan menghadapi kegagalan karena tidak ada yang mengarahkan kepada pencapaian tujuan bersama. Mamang betul para penatua atau pendeta yang melakukan kesalahan yang berat tidak boleh dipertahankan dan harus disingkirkan dari kepemimpinan (1 Tim. 5:20). Sebaliknya, bagi mereka yang tulus dan sungguh-sungguh melayani serta dapat dipercayai (1 Tim. 5: 18-19), merekalah yang layak menjadi Pemimpin Jemaat.
  • Keempat, Penatua tidak boleh memimpin sendiri. Harus ada Tim yang bekerja bersama-sama dalam kemajemukan pada kepenatuaan sehingga kondisi itu akan dapat membantu menghindari  terciptanya tirani atau penyelewengan wewenang menjaga pertanggungjawaban atas keputusan para penatua.

 Penutup.

Pada akhirnya Sistem Pemeritahan Gereja harus tetap didasarkan kepada Firman Tuhan terutama perkembangan gereja sejak hari Pentakosta dan gereja mula-mula. Namun perkembangan zaman membutuhkan hikmat surgawi, dimana para Pemimpin gereja harus dapat menyesuaikan diri dan kontekstual namun  tetap harus berdiri diatas Firman Tuhan dan taat kepada Pimpinan Roh Kudus yang empunya Gereja. 

Ketaatan yang demikian sangat penting agar para Pemimpin Rohani dapat menjalankan penggembalaannya dengan benar, dapat terhindar dari godaan kepentingan dibalik segala sistem yang ada yang sebetulnya hanyalah unsur pendukung didalam kesekasian gereja di dunia ini tetapi cukup memainkan peranan penting.


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun