Mohon tunggu...
Ronald SumualPasir
Ronald SumualPasir Mohon Tunggu... Penulis dan Peniti Jalan Kehidupan. Menulis tidak untuk mencari popularitas dan financial gain tapi menulis untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Graduated from Boston University. Tall and brown skin. Love fishing, travelling and adventures.

Selanjutnya

Tutup

Money

Perilaku Orang Kaya dan Orang Miskin: Mental Problem?

12 Oktober 2025   06:03 Diperbarui: 12 Oktober 2025   06:03 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan motivatif sering kali memantik semangat. Namun, tugas pembaca yang kritis adalah memilah mana inspirasi yang realistis dan mana yang ilusioner. Benar bahwa banyak orang sukses memulai dari mindset positif dan disiplin finansial. Tetapi tidak benar jika dikatakan bahwa kemiskinan semata-mata hasil dari "mental yang salah."

Kita hidup di dalam sistem ekonomi yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk menanam atau menghabiskan uang. Kesadaran ini penting agar kita tidak terjebak pada narasi moralistik, melainkan membangun sistem yang membuat setiap orang punya kesempatan yang sama untuk belajar, menabung, dan menanam.

Kesimpulan: Antara Mindset dan Struktur

Perbedaan antara kaya dan miskin memang bisa dimulai dari pola pikir, tetapi bertahan karena struktur ekonomi. Orang kaya bisa membuat uangnya bekerja karena sistem memungkinkan mereka melakukan itu. Maka, solusi tidak bisa berhenti pada motivasi pribadi, melainkan harus menyentuh reformasi sistemik: inklusi keuangan, pendidikan ekonomi publik, dan kebijakan fiskal yang adil.

Kita semua perlu belajar menunda kesenangan, mengatur arus kas, dan memperlakukan uang sebagai alat tumbuh. Tetapi di saat yang sama, negara harus memastikan bahwa setiap orang punya lahan yang sama untuk menanam.

Referensi
1.World Bank. Global Financial Development Report (2022).
2.OECD. Financial Literacy and Inclusion Report (2023).
3.Brookings Institution. Financial Inclusion Policy Review (2024).
4.IMF. World Economic Outlook (April 2024).
5.Thomas Piketty. Capital in the Twenty-First Century (2014).
6.Richard Thaler & Cass Sunstein. Nudge (2008).
7.World Inequality Report (2023).
8.Bank Indonesia. Household Consumption Behavior Survey (2023).

Disclaimer

Tulisan ini bersifat opini analitik untuk tujuan edukatif dan reflektif, bukan saran investasi atau keuangan pribadi. Pandangan dalam tulisan ini merupakan interpretasi penulis terhadap literatur dan data ekonomi publik.

Tagar

#MindsetFinansial #EkonomiStruktural #InklusiKeuangan #LiterasiFinansial #Kompasiana #EkonomiRakyat #UangDanKesadaran #BehavioralEconomics #ThomasPiketty #Brookings #WorldBank

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun