Mohon tunggu...
Ronald SumualPasir
Ronald SumualPasir Mohon Tunggu... Penulis dan Peniti Jalan Kehidupan. Menulis tidak untuk mencari popularitas dan financial gain tapi menulis untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Graduated from Boston University. Tall and brown skin. Love fishing, travelling and adventures.

Selanjutnya

Tutup

Money

Perilaku Orang Kaya dan Orang Miskin: Mental Problem?

12 Oktober 2025   06:03 Diperbarui: 12 Oktober 2025   06:03 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel yang kita evaluasi juga menekankan bahwa orang kaya "mengatur arus kas, bukan sekadar menyimpan." Ini benar --- karena dalam konteks ekonomi modern, menabung saja tidak melindungi dari inflasi. Tetapi bagi masyarakat berpendapatan rendah, menabung sering kali bukan pilihan, melainkan bentuk bertahan hidup.

Data IMF (World Economic Outlook, 2024) menunjukkan bahwa tingkat tabungan rumah tangga di negara berkembang sangat sensitif terhadap inflasi pangan dan energi. Ketika harga beras, listrik, atau BBM naik, tabungan yang kecil itu langsung terkikis. Jadi, financial discipline memang penting, tapi tanpa stabilitas harga dan perlindungan sosial, teori itu sulit diterapkan.

Ilmu Sebagai Investasi Paling Penting

Poin lain yang menarik dari artikel tersebut adalah bahwa "orang kaya belajar sebelum menghabiskan." Ini sejalan dengan hasil riset OECD (2022): masyarakat dengan literasi keuangan tinggi cenderung memiliki tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih baik. Namun, pendidikan finansial bukan hanya tentang memahami investasi, melainkan juga memahami risiko dan etika ekonomi.

Belajar tentang uang berarti juga memahami keadilan, transparansi, dan tanggung jawab sosial. Kekayaan tanpa etika hanya menciptakan ketimpangan baru, sebagaimana disorot dalam World Inequality Report (2023).

Menahan Ego: Simbol Kekayaan Baru

Salah satu bagian terbaik dari artikel adalah kalimat:

"Banyak orang ingin terlihat kaya, sementara orang kaya sungguhan tidak punya kebutuhan untuk membuktikan apa pun."

Fenomena ini disebut invisible wealth --- kekayaan yang tidak ditampilkan. Namun, budaya konsumtif yang digerakkan media sosial telah menciptakan "social pressure spending" yang kuat, terutama di kalangan muda. Studi Bank Indonesia (2023) tentang Household Consumption Behavior menemukan bahwa 62% generasi muda mengakui belanja mereka sering dipicu oleh social validation.

Dengan demikian, belajar menahan ego bukan sekadar moralitas pribadi, tapi juga bentuk resistensi terhadap tekanan sosial yang konsumtif.

Antara Inspirasi dan Ilusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun