Foundation: Penyetaraan Pendidikan yang Kerap Disalahpahami
*) Tulisan ini sekedar kontribusi atas polemik  pendidikan  foundation Wapres Gibran yang disetarakan dengan lulusan SMA. Tulisan ini tidak bertujuan untuk membela Wapres Gibran tapi meluruskan pemahaman mengenai foundation srcara umum. CMIIW.
------
Di ruang publik Indonesia, nama Gibran Rakabuming pernah ramai diperdebatkan, bukan hanya karena posisinya sebagai anak presiden, dan sekarang menjabat sebagai Wakil Presiden tetapi juga terkait status ijazah SMA yang dianggap "hilang" atau "tidak jelas". Perdebatan itu semakin ramai karena Gibran tetap bisa melanjutkan studi Strata 1 ( Bradford University- kelas affiliasi) di luar negeri, tepatnya di Singapura, dengan menggunakan jalur foundation program di UTS Insearch di Australia, setelah sebelumnya bersekolah di Orchid Secondary School dan MDIS di S'pore.
Bagi sebagian masyarakat, hal ini menimbulkan tanda tanya besar: Bagaimana mungkin seseorang bisa kuliah tanpa ijazah SMA? Apakah foundation benar-benar bisa disetarakan dengan ijazah SMA? Ataukah ada kelonggaran khusus karena status sosialnya?
Sesungguhnya, jawabannya sederhana: foundation adalah jalur resmi yang diakui secara internasional sebagai pengganti ijazah SMA. Persoalan muncul karena publik Indonesia belum sepenuhnya memahami perbedaan sistem pendidikan nasional dengan sistem pendidikan di Inggris, Australia, dan negara-negara lain yang memakai model serupa.
1. Sistem Pendidikan Indonesia vs Luar Negeri
Indonesia menganut sistem 12 tahun sekolah: 6 tahun SD, 3 tahun SMP, dan 3 tahun SMA. Setelah lulus SMA, barulah siswa bisa melanjutkan kuliah ke universitas dalam negeri.
Namun, di banyak negara maju, terutama Inggris dan Australia, jalur menuju universitas membutuhkan 13 tahun sekolah. Misalnya:
*Inggris: siswa harus menyelesaikan Year 13 atau memiliki sertifikat A-Level/IB Diploma.
*Australia: siswa wajib lulus Year 12 (setara dengan SMA plus satu tahun tambahan dibanding Indonesia).
Artinya, lulusan SMA Indonesia dianggap "satu tahun kurang" bila langsung mendaftar ke universitas di negara tersebut. Untuk menjembatani kesenjangan ini, dibuatlah jalur foundation program.
2. Apa Itu Foundation Program?
Foundation bukanlah kursus biasa. Ia merupakan program akademik pra-universitas yang dirancang agar siswa internasional bisa menyesuaikan diri sebelum masuk ke S1.
Isi program foundation meliputi:
*Penguatan bahasa Inggris akademik: writing, essay, presentation, critical thinking.
*Mata pelajaran sesuai jurusan: misalnya science untuk calon mahasiswa teknik/kedokteran, business studies untuk calon mahasiswa ekonomi, atau arts untuk calon mahasiswa desain.
*Adaptasi sistem belajar: dari pola hafalan ala sekolah menengah ke pola riset dan analisis kritis yang dipakai di perguruan tinggi.
Durasi foundation biasanya 8--12 bulan, dan setelah lulus, mahasiswa langsung bisa masuk Year 1 universitas.
3. Mengapa Siswa Indonesia Kelas 2 SMA Bisa Masuk Foundation?
Inilah yang kerap menimbulkan kebingungan. Banyak siswa Indonesia bahkan baru menyelesaikan kelas 11 (SMA kelas 2) sudah diterima foundation. Dasarnya adalah kesetaraan kurikulum.
*Kelas 11 SMA Indonesia Year 11 di Australia atau Year 12 di Inggris.
*Dengan kata lain, siswa yang sudah menuntaskan kelas 11 dianggap cukup matang untuk masuk foundation, meski belum memegang ijazah SMA kelas 12.
*Universitas di luar negeri umumnya meminta rapor kelas 10--11 ditambah skor IELTS/TOEFL. Itu sudah cukup untuk memenuhi syarat masuk foundation.
Inilah yang menjelaskan mengapa tidak ada keanehan bila seorang siswa Indonesia tanpa ijazah SMA bisa langsung kuliah setelah menyelesaikan foundation.
4. Kasus Gibran dan Persepsi Publik
Dalam konteks Gibran, publik Indonesia yang terbiasa dengan sistem 12 tahun sekolah sulit menerima kenyataan bahwa foundation di luar negeri memang disetarakan dengan SMA. Akibatnya, muncul persepsi seakan-akan Gibran melompati prosedur pendidikan.
Padahal, sistem internasional jelas:
*Tanpa foundation, lulusan SMA Indonesia tidak bisa langsung masuk universitas di Inggris atau Australia.
*Dengan foundation, kekurangan 1 tahun itu ditutup, sehingga status akademiknya resmi setara dengan lulusan SMA di sistem mereka.
*Foundation bukan hadiah, melainkan hasil seleksi akademik. Siswa tetap harus memenuhi nilai minimum dan lulus ujian.
Jadi, ketika Gibran menempuh foundation dan melanjutkan ke universitas, itu bukan keistimewaan personal, melainkan aturan standar yang juga berlaku bagi ribuan siswa Indonesia lainnya yang memilih jalur studi luar negeri.
5. Implikasi Bagi Persepsi Pendidikan di Indonesia
Perbedaan pemahaman ini penting diluruskan. Banyak orang tua dan siswa masih menganggap foundation sekadar "kursus mahal" atau "jalan pintas". Padahal:
*Foundation adalah jalur resmi dan legal yang diakui universitas internasional.
*Foundation bukan berarti siswa "tidak lulus SMA", melainkan jalur alternatif yang menutup gap kurikulum.
*Foundation juga menjadi filter: hanya yang mampu beradaptasi dengan sistem akademik luar negeri yang bisa lulus dan melanjutkan kuliah.
6. Antara Ijazah dan Kompetensi
Kasus ini juga membuka refleksi lebih dalam: apakah ijazah benar-benar satu-satunya ukuran pendidikan?
Di Indonesia, ijazah sering dianggap mutlak, bahkan bisa menjadi bahan politisasi. Namun, di sistem pendidikan luar negeri, yang lebih penting adalah kompetensi yang dibuktikan lewat foundation, bukan selembar kertas ijazah SMA.
Artinya, meskipun ada kontroversi soal dokumen formal, dari sisi akademik internasional, lulusan foundation tetap sah dianggap setara dengan lulusan SMA.
Kesimpulan
Perdebatan soal foundation, khususnya dalam kasus Gibran, seharusnya tidak dilihat sebagai pembelaan individu, melainkan sebagai cermin ketidaktahuan publik terhadap sistem pendidikan global.
*Foundation bukan jalan pintas, melainkan jembatan resmi yang menghubungkan lulusan SMA (12 tahun) Indonesia dengan standar universitas internasional (13 tahun).
*Siswa Indonesia, bahkan yang baru menyelesaikan kelas 11, bisa diterima foundation karena secara akademis sudah setara dengan siswa luar negeri yang siap ke universitas.
*Dengan demikian, ketika ada tokoh publik yang masuk universitas lewat foundation, itu bukan pelanggaran, melainkan jalur yang sah secara akademik.
Yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat Indonesia bisa memahami perbedaan sistem pendidikan ini, agar tidak lagi terjadi salah persepsi, apalagi dijadikan bahan kontroversi politik yang sebenarnya tidak relevan.
Referensi
1.British Council. What is a Foundation Course? (UK Education System).
2.Universities Australia. Entry Requirements for International Students.
3.Kaplan International. Foundation Pathways for International Students.
4.Times Higher Education (2022). Why International Students Need Foundation Year.
Disclaimer
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membela atau menyerang individu tertentu, termasuk Gibran Rakabuming. Referensi kepada kasus Gibran hanya digunakan sebagai contoh fenomena publik yang menimbulkan perdebatan di masyarakat. Tujuan tulisan ini adalah meluruskan persepsi tentang status foundation program dalam sistem pendidikan internasional.
Tagar
#Foundation #Pendidikan #SistemPendidikan #SMA #KuliahLuarNegeri #Kompasiana #Gibran #Opini #Akademik #Mahasiswa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI