Foundation bukanlah kursus biasa. Ia merupakan program akademik pra-universitas yang dirancang agar siswa internasional bisa menyesuaikan diri sebelum masuk ke S1.
Isi program foundation meliputi:
*Penguatan bahasa Inggris akademik: writing, essay, presentation, critical thinking.
*Mata pelajaran sesuai jurusan: misalnya science untuk calon mahasiswa teknik/kedokteran, business studies untuk calon mahasiswa ekonomi, atau arts untuk calon mahasiswa desain.
*Adaptasi sistem belajar: dari pola hafalan ala sekolah menengah ke pola riset dan analisis kritis yang dipakai di perguruan tinggi.
Durasi foundation biasanya 8--12 bulan, dan setelah lulus, mahasiswa langsung bisa masuk Year 1 universitas.
3. Mengapa Siswa Indonesia Kelas 2 SMA Bisa Masuk Foundation?
Inilah yang kerap menimbulkan kebingungan. Banyak siswa Indonesia bahkan baru menyelesaikan kelas 11 (SMA kelas 2) sudah diterima foundation. Dasarnya adalah kesetaraan kurikulum.
*Kelas 11 SMA Indonesia Year 11 di Australia atau Year 12 di Inggris.
*Dengan kata lain, siswa yang sudah menuntaskan kelas 11 dianggap cukup matang untuk masuk foundation, meski belum memegang ijazah SMA kelas 12.
*Universitas di luar negeri umumnya meminta rapor kelas 10--11 ditambah skor IELTS/TOEFL. Itu sudah cukup untuk memenuhi syarat masuk foundation.
Inilah yang menjelaskan mengapa tidak ada keanehan bila seorang siswa Indonesia tanpa ijazah SMA bisa langsung kuliah setelah menyelesaikan foundation.
4. Kasus Gibran dan Persepsi Publik
Dalam konteks Gibran, publik Indonesia yang terbiasa dengan sistem 12 tahun sekolah sulit menerima kenyataan bahwa foundation di luar negeri memang disetarakan dengan SMA. Akibatnya, muncul persepsi seakan-akan Gibran melompati prosedur pendidikan.
Padahal, sistem internasional jelas:
*Tanpa foundation, lulusan SMA Indonesia tidak bisa langsung masuk universitas di Inggris atau Australia.
*Dengan foundation, kekurangan 1 tahun itu ditutup, sehingga status akademiknya resmi setara dengan lulusan SMA di sistem mereka.
*Foundation bukan hadiah, melainkan hasil seleksi akademik. Siswa tetap harus memenuhi nilai minimum dan lulus ujian.
Jadi, ketika Gibran menempuh foundation dan melanjutkan ke universitas, itu bukan keistimewaan personal, melainkan aturan standar yang juga berlaku bagi ribuan siswa Indonesia lainnya yang memilih jalur studi luar negeri.
5. Implikasi Bagi Persepsi Pendidikan di Indonesia