Mohon tunggu...
Ronald SumualPasir
Ronald SumualPasir Mohon Tunggu... Penulis dan Peniti Jalan Kehidupan. Menulis tidak untuk mencari popularitas dan financial gain tapi menulis untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Graduated from Boston University. Tall and brown skin. Love fishing, travelling and adventures.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Study Tour: Edukasi atau Sekedar Piknik.

26 Agustus 2025   21:23 Diperbarui: 26 Agustus 2025   21:23 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Alternatif Solusi: Edukatif, Murah, dan Merata

Alih-alih melarang total, Gubernur KDM dan pemangku kepentingan bisa mendorong desain ulang konsep study tour. Beberapa prinsip praktis yang bisa diterapkan:
1.Wajib berbasis kurikulum. Tujuan kunjungan harus jelas terkait mata pelajaran, bukan sekadar rekreasi.
2.Prioritaskan lokasi dalam provinsi. Ini menekan biaya transportasi dan akomodasi.
3.Hindari kewajiban menginap. Cukup perjalanan sehari, pulang ke rumah.
4.Kolaborasi dengan institusi lokal. Museum, balai riset, pabrik, dan lembaga kebudayaan dilibatkan sebagai tuan rumah edukasi.
5.Skema subsidi atau beasiswa untuk siswa kurang mampu. Agar tidak ada anak yang tertinggal karena biaya.

Dengan desain seperti ini, esensi study tour sebagai kegiatan belajar dapat tetap hidup, tetapi tanpa menjelma menjadi beban ekonomi dan ajang pariwisata massal.

Penutup: Pendidikan Harus Kembali ke Ruhnya

Protes industri pariwisata terhadap pelarangan study tour di Jawa Barat justru membuka mata kita: selama ini, kegiatan tersebut kerap dimanfaatkan sebagai pasar bagi bisnis wisata ketimbang sarana pendidikan. Label edukasi sering hanya menjadi legitimasi komersial.

Kebijakan Gubernur KDM mungkin kontroversial, tetapi dari perspektif social cost--benefit, langkah itu berpihak pada orang tua dan anak. Lebih baik melindungi ratusan ribu keluarga dari beban ekonomi dan mengurangi risiko putus sekolah, daripada mempertahankan profit sektor wisata yang menggantungkan pendapatannya pada komersialisasi pendidikan.

Sekolah dan pemerintah seharusnya bekerja bersama memformulasikan model study tour yang benar-benar edukatif, terjangkau, dan inklusif---agar kegiatan belajar di luar kelas kembali pada tujuan utamanya: mendidik.

Referensi
*Badan Pusat Statistik (2024). Pengeluaran Rata-Rata Rumah Tangga untuk Pendidikan.
*UNESCO (2019). Education Outside the Classroom: Policy and Practice.
*Kompas (2025). "Polemik Study Tour: Antara Edukasi dan Pariwisata".
*Pikiran Rakyat (2025). "Demo Buruh Pariwisata Menolak Larangan Study Tour di Jabar".

Disclaimer

Tulisan ini merupakan analisis opini berdasarkan berbagai sumber berita, laporan resmi, dan kajian kebijakan. Isi artikel tidak mewakili sikap resmi pemerintah daerah maupun institusi pendidikan, melainkan sudut pandang penulis dalam menafsirkan dinamika kebijakan publik terkait study tour di Jawa Barat.

Tagar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun