Musim kemarau tahun ini memasuki fase mbediding. Hawanya panas tapi dingin membalut disetiap waktu. Liukan pepohonan menyuplai suasana memuram.Â
Desau sang bayu berlarian tindih menindih. Kubah langit diatas kami abu-abu mendekati hitam. Aneh, kemarau tapi berasa musim hujan. Dikejauhan sinar matahari bertengger jalang menyinari kawasan lain nun jauh disana.
Peresmiannya oleh Sri Sultan Hamengkubowono X pada September 2014. Tak usah heran ketika berkunjung kesana, pembangunan terus dilakukan. Wisatawan jangan kuatir akan ketidaknyamanan yang ditimbulkan dengan pengembangan itu.Â
Para pekerja akan berpindah tempat jika pengunjung bejibun. Mereka  dialihkan mengerjakan di titik lain.
Di atas, sang bayu makin menampakkan kekuatannya. Sejauh mata memandang disuguhi warna-warni berukuran kecil. Jangan lengah keasikan. Karena dibawah jurang menganga. Papan peringatan terpancang di beberapa tempat.
Dipuncak inilah kejuaraan Para layang pernah diselenggarakan pada 2017 dan info terbaru aku dapatkan dari penduduk disitu, akan ada gelar budaya Batara Sitren serta kejuaraan Paralayang kali kedua pada 10, 11, 12 Agustus tahun ini. Itu artinya tinggal beberapa hari lagi. Tertarik? Persiapkan motormu serta bekalnya.
Bagi pengunjung yang ingin merasakan suasana malam dengan berkemah bisa meujudkan niatan, tapi harus lapor dulu di pos loket pertama.
Kekeringan bagian dari urat nadi penduduk Gunungkidul. Air itu sebenarnya ada, cuma letaknya di bawah batu-batu cadas yang kedalamannya puluhan meter.Â