Anak tangga pertama berhasil aku injak. Napas ngos-ngosan menjadi fakta kalo ente sudah jarang olahraga. Hadeeeuh....padahal ini baru Bromo-belum 'puncak abadi para dewa' yaitu Mahameru.
.....mendaki melintas bukit. Berjalan letih menahan berat beban......bersama sahabat mencari damai. Mengasah pribadi mengukir cinta.....
[lirik lagu Mahameru-Dewa 19]
Terus naiki anak tangga demi anak tangga, akhirnya sampai juga dipuncak. Woooo... Angin terasa kencang menampar. Desaunya mirip hantu kelaparan. Semua yang diatas berkibar-kibar. Sejenak mengamati sekitaran kaldera. Pura Luhur Poten terlihat mini. Kumpulan Jeep bak mainan plastik lego. Dari tubir melongok kekawah. Suara desingan timbul tenggelam-bahkan cenderung mirip air didalam ketel. Gulungan asap membumbung bebas. Walaah...bau belerang menyengat. Ooo...la...la..asap belerang naik menusuk. Pedagang masker ternyata nongkrong juga diatas gunung. Menawarkan dagangannya,"Belerang naik..belerang naik. Yang masker...yang masker.."
Tidak perlu lama-lama dipuncak. Minta foto sama Catur beberapa scene, kemudian turun.
Pelan-pelan saja, tidak usah buru-buru, sebab Black Panther masih di Wakanda. Turun juga harus hati-hati. Engsel tapak kaki menjadi rem sedangkan dengkul menjadi gigi 1.
Beberapa kali berhenti demi mengamankan posisi. Duduklah pada anak tangga-sampai dirasa siap bangkitlah lagi. Tak perlu jumawa biar kelihatan kuat. Gengsi dibumihanguskan dulu.
Cuci mata perlu- yang cantik bertebaran juga di Bromo...yiiihaaaa..
Anak tangga terakhir selesai diinjak. Langkah memberat mencari Ilham AP. Terus menapaki hamparan pasir. Didalam warung tenda 'yang dicari' menikmati Bromo dengan caranya sendiri. Aku menghempaskan tubuh yang kelaparan ke kursi panjang-begitupun Catur. Pesan teh dan mie goreng. Secangkir teh celup diseruput- begitu nikmat begitu perlu. Jangan mikirin harga. Yang terpenting suasananya.
Diluar, tingkah pelancong menjadi hiburan tersendiri.
berbincang sama pemilik warung untuk membaurkan suasana. Gelak tawa, teriakan manja dari gadis-gadis muda bergaya kekinian, ringkik kuda, suara lantang tukang parkir  menjadi latar belakang panggung Maha Karya Tuhan. Diversifikasi tumplek blek di pelataran.