Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Joe "Impedimenta" Biden, Sepak Bola dan Presiden ke-35 AS, Apa Hubungannya?

12 November 2020   20:46 Diperbarui: 13 November 2020   17:52 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon Presiden Partai Demokrat Joe Biden yang di ambang kemenangan Pilpres 2020 berbicara di kota kediamannya, Wilmington, Delaware, Rabu (4/11/2020). Sumber: AP

Presiden ke-46 AS terpilih, Joe Biden ternyata memiliki hubungan sangat istimewa dengan Presiden ke-35 AS. Apa dan bagaimana hubungannya?

Pemilik nama lengkap Joseph Robinette Biden Jr lahir di Scranton pada 20 November 1942 ketika berita kemenangan Sekutu di medan pertempuran  Perang Dunia II menghangat. Scranton Times gencar memberitakan pasukan AS dan Inggris yang menyerang pasukan NAZI di Afrika Utara dan Eurasia.

Di tengah suasana peperangan, keluarga yang tinggal di rumah kecil, di Green Ridge, Scranton menyambut bahagia sang bayi. Joey, begitu nama manisnya, lahir di RS St Mary. Pada hari kelahiran, sang ayah Joseph R Biden, Sr sedang berada di luar kota. Sehingga Tom Phillips-seorang tetangga yang baik hati-mengantar calon ibu Jean Finnegan ke rumah sakit.

Berkat bagi Keluarga

Joey diberi nama sesuai nama sang ayah dengan harapan, membawa berkat bagi keluarga, menginspirasi perjuangan dan kerja keras sang ayah. Sementara, di sebuah koran lokal, kala itu, ramalan bintang berdasarkan tanggal lahirnya, berarti: "kegembiraan dan keuntungan yang besar". Dikatakan, sifat, bakat, dan kemampuan luar biasa akan terwujud dalam diri anak yang lahir pada tanggal ini. Ketenaran dan kemasyuran awal akan tercapai, terutama jika nafsu dan emosi dikendalikan.

Pada masa kanak-kanak Joey, menggema pula pesan dari kisah yang ditulis oleh Horatio Alger (1832-1899), seorang penulis novel tersohor. Narasi-narasi optimisme sebagai anak laki-laki dari keluarga miskin digelorakan. Agar bisa sukses mencapai kelas menengah, dengan kehidupan yang aman dan nyaman, maka perlu kerja keras.

Keluarga Biden Sr adalah keluarga kelas menengah yang sederhana. Blasteran sesama imigran Inggris dan Irlandia. Biden Sr seorang pekerja kerah biru, sehingga sering mengalami masa-masa sulit secara ekonomi. Joey kecil bertumbuh di Scranton, sebagai sebuah kota dengan aura kelas pekerja kerah biru yang sangat keras, penuh persaingan.

Muncul Bakat Sepak Bola

Memasuki usia sekolah, Joey dididik sekolah St Paul, sebuah sekolah Katolik. Ia berteman dengan sesama anak dari keluarga imigran dari Irlandia, Italia dan Polandia. Joey bermain sepak bola bersama teman-teman di tanah-tanah kosong sekitar tempat tinggal. Meski bertubuh lebih kecil, ia sangat bersemangat, cepat dan lincah dalam mengolah si kulit bundar.

Beberapa teman Joey adalah Charlie Roth, Tommy Bell dan Larry Urr. Menurut Tommy Bell, Joey adalah seorang yang agresif, pemimpin dan pengambil resiko yang berani. Obrolan soal politik belum muncul kala itu. Sebagai anak bocah, mereka sibuk membicarakan sepak bola.

Teman-teman Joey tidak terlalu memperhatikan gagapnya ketika berbicara. Mereka tidak pernah menganggap sebagai hal yang aneh. Mereka tidak membully. Hanya suatu kali, salah seorang biarawati pengajar di sekolah St Paul, Suster Eunice menjulukinya 'Bye Bye Blackbird' karena dia menyebut namanya sendiri 'Bu-Bu-Biden' dengan gagap.

Keluarga Biden Sr adalah penganut Katolik yang taat. Di Scranton, hari Minggu merupakan hari untuk Tuhan. Mereka pergi ke gereja, menghadiri Misa bersama di gereja St Paul. Kemudian bersama keluarga Ambrose Finnegan, mereka melakukan makan malam yang panjang. Kesempatan ini dimanfaatkan keluarga untuk berdiskusi, bahkan berdebat.

Joey kecil cerdas menggunakan kesempatan ini. Ia menguping topik obrolan seputar sepak bola dan politik. Ia membuka telinga selebar-lebarnya, dan tetap menutup mulut 'rapat-rapat'. Isu-isu politik sudah mulai menggigitnya kala itu.

Usia Joey sudah berumur sepuluh tahun. Masa-masa sulit menimpa Biden Sr karena pekerjaan di Scranton kian langka. Sang ayah terpaksa mengambil pekerjaan serabutan agar makanan di atas meja tetap terhidang bagi keluarga. Akhirnya Biden Sr bersama keluarga, termasuk Joey hijrah ke Wilmington, Delaware, sebuah negara bagian di Timur AS, yang ibukotanya Dover.

Hijrah ke Wilmington

Memang tidak mudah meninggalkan Scranton, dengan lingkungan dan teman-teman Joey yang sudah sangat akrab. Tetapi Biden Sr telah menemukan pekerjaan yang cocok di Wilmington. Ia pun menjual mobil untuk menyewa apatemen kecil di pinggiran Claymont. Tepatnya di seberang sebuah sekolah swasta Katolik, bernama Archmere Academy (AA).

Bocah Joey mulai memimpikan masa depan di sebuah sekolah ternama khusus anak laki-laki ini. Namun, ia harus mengulang dari kelas tiga di sekolah Katolik yang lain, sekolah Holy Rosary di Claymont.

Joey mendapat teman baru. Bakat sepak bola semakin diasah. Penampilan pertama Joey ketika ia terpilih sebagai pemain sepak bola dalam Catholic Youth Organization. Joe bertubuh kecil namun sangat lincah jika di atas lapangan hijau. Dia mulai bermimpi membawa skuad AA, meski harus selesaikan sekolah dasar di Holy Rosary.

Ingin Jadi Pastor

Gagap bicara Joey tak bisa disembunyikan. Teman-teman sekolah membantunya. Orangtua membawa Joey ke ahli terapi wicara, tetapi tidak berubah banyak. Kata orangtua, bisa jadi minat utamanya adalah sepak bola yang tidak banyak menggunakan ekspresi verbal.

Ketika Joey berusia dua belas tahun, pada 1955 keluarga Biden Sr berpindah ke sebuah rumah baru, di Belfront. Dengan demikian, Joey pun harus berpindah ke kelas tujuh di sekolah Saint Helena, lagi-lagi sebuah sekolah Katolik.

Seperti banyak anak-anak Irlandia yang dididik di sekolah Katolik, umumnya bercita-cita menjadi pastor/biarawan dan biarawati. Joey pernah mengutarakan niat itu kepada sang ibu.

Suatu ketika, seorang biarawan Trappist datang ke sekolah dan mempromosikan kepada anak laki-laki untuk menjadi calon imam. Sepulang sekolah, Joey langsung menceritakan kepada sang ibu. Ibunya berkata, 'Joey masih terlalu muda untuk membuat keputusan itu'.

Joe "Impedimenta"

Di sekolah Saint Helena terjadi insiden kecil. Ketika Joey sangat serius mengatasi masalah gagapnya, seorang biarawati bernama Walter Raleigh menyela, memintanya untuk mengulang satu kata. Joey mulai gagap. Sang guru mengejeknya dengan gagap, "Mr Bu bu bu Biden". Joe marah besar. Dia bangkit dari mejanya, dan berjalan keluar kelas, melewati biarawati itu.

Ibunda Joey, Jean Finnagen Biden sangat marah ketika mendengar cerita sang anak diejek. Ia bergegas menuju sekolah Saint Helena. Ia langsung menghadap kepala sekolah. Ia meminta, agar biarawati yang bersalah itu dipanggil. Biarawati itu pun mengakui bersalah, dia telah mengejek Joey gagap.

Ibunda yang biasanya sangat pemalu dan sangat menghormati gereja memperingatkan biarawati itu, jika hal itu terulang maka dia akan merobek kerudung sang biarawati itu.

Salah satu teman Joey di sekolah Saint Helena adalah Tom Lewis. Ia seorang teman bermain sepak bola yang baik. Teman belajar yang kompetitif, sekaligus teman berbagi kebahagian-kebahagian kecil yang saling menghormati. Dalam pergaulan, teman-temannya tidak pernah mengejek atau memanfaatkan cacat verbal Joey sebagai bahan olokan.

Setelah tamat dari sekolah Saint Helena, Joey terus menaruh harapan untuk bisa dididik di sekolah AA. Sang ayah mempertimbangkan kemampuan membayar uang sekolah yang mahal. Namun, secara diam-diam, Joey mendaftarkan diri di sekolah bermotto: Pietate et Scientia (Latin: kesalehan dan kebijaksanaan) itu. Berbicara di depan umum menjadi persyaratan mutlak, tetapi Joey diistimewakan.

Teman-teman di AA memanggilnya Joe "impedimenta"- sebuah kata Latin, berarti gagap. Sapaan itu membawa Joey menjadi lebih kuat dan tekun berusaha agar menghilangkan gagapnya. Ia melatih, melafalkan kata demi kata di depan cermin. Ia melihat ekspresi gagap dan berusaha mengendalikannya.

Ia teringat, pamannya Boo-Boo juga seorang gagap namun berhasil berbicara dengan fasih. Di depan cermin, ia bersumpah kelak sepeti sang paman dan perlahan niat itu terwujud.

Lagi, Bercita-cita ke Jalan Imamat

Di AA, Joey memikirkan kembali tentang jalan imamat, sebuah cita-cita menjadi Pastor Katolik. Sahabatnya, Tom Lewis mengatakan, Joey adalah pria yang berhati mulia. Katanya, dia ingin memakai jubah. Tetapi kepala sekolah di AA, Pastor Justin Duny sudah melihat masa depan yang terbaik bagi Joey, bukan di jalan imamat.

AA memberikan keajaiban bagi Joey. Bakat sepak bola berkembang pesat. Di bawah asuhan pelatih John Walsh, tim AA adalah tim yang tangguh. Joey seorang bek sayap. Dia memiliki kecepatan yang sangat bagus, sayap yang luar biasa. Makanya, Joey dijuluk "pemain sayap" yang gagah, menggantikan julukan 'impedimenta'. Joey semakin percaya diri.

Pelatih John Walsh ingat, Joey pernah menjadi kapten tim. "Dia seorang pemimpin, dia optimis, tak pernah sedikitpun masalah, dan benar-benar rukun dengan rekan se-tim", kata Walsh. Joey seorang pemain strategis, tahu kapan harus menyerang dan kapan harus bertahan. Ia turut mengantar tim AA sebagai tim terkuat pada 1960-an.

Atas kejayaan tim sepak bola AA membuat Joey disorak-sorai oleh gadis-gadis cantik dari pinggir lapangan hijau. Ia memikat hati Maureen Masterson, si cewek tomboy, yang juga teman baik Valerie-adik perempuan Joey.

Mereka berpacaran. Menurut Maureen, Joey seorang yang baik hati, beretika dan memiliki orangtua yang hebat. Joey tidak pernah minum mabuk dan merokok. Joey tipikal lelaki bertanggung jawab dan setia.

Awal ke Dunia Politik

Pada musim semi 1960, ketika seorang pemuda Katolik keturunan Irlandia, dari Massachusetts, menjadi calon presiden AS dari Partai Demokrat, dari pemilihan di Virginia Barat, Joey duduk dalam ruang perpustakaan sambil merenungkan masa depannya sendiri. Ia tidak berambisi terlalu tinggi, tetapi gagasan tentang orang Katolik pertama di Gedung Putih menggerakkan dan mengarahkan pikirannya pada prospek memasuki dunia politik suatu hari nanti.

Selanjutnya, pidato pengukuhan Presiden ke-35 AS itu, pada 20 Januari 1961 dengan penekanan pada pelayanan publik dan perdamaian, seirama pesan nilai-nilai yang Joey dapatkan dari sekolah-sekolah Katolik, ditambah cara orangtua mendidiknya di rumah.

Akhirnya, itulah hubungan Joe 'Impedimenta' Biden dengan Presiden 1000 hari (20 Januari 1961-22 November 1963) itu. Bukan karena sesama imigran Irlandia, mungkin juga sebagai sesama penganut Katolik. Yang pasti, ruangan perpustakaan AA adalah saksi bisu, bahwa karir di dunia politik Joey, sekarang dikenal Joe Biden awal diinspirasi oleh tokoh masyhur abad ke-20 itu, bernama John Fitzgerald Kennedy (1917-1963).

====

Sumber

  • Witcover, Jules, 2010. Joe Biden: A Life of Trial and Redemption.
  • Swantoro, P, 2019. 1000 Hari John F Kennedy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun