Mohon tunggu...
Sigit Anugroho
Sigit Anugroho Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sekadar buruh yg mencari pelepasan. Semoga Anda berkenan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Men*** Miyabi Vs Sweeping

6 Mei 2010   09:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:22 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Api permusuhan itu masih menyala. Kelompok massa yang mengaku membela islam (?) ingin men-sweeping pemutaran film bertajuk Men*** Miyabi. Lembaga Sensor Film sudah mengijinkan film ini tayang dengan rekomendasi lulus sensor. Namun, karena dibintangi aktris porno, kelompok massa tetap bergeming pada sikapnya.

Hari ini, rencananya jaringan bioskop di Indoneisa serentak bakal memutar film Men*** Miyabi. Film ini sangat ditunggu-tunggu kehadirannya. Tidak saja pecinta film (bioskop). Men*** Miyabi juga sangat dinanti kalangan yang sama sekali bukan penggemar film (bioskop). Tiba-tiba saja, kalangan yang jarang (bahkan sama sekali tidak perah) ke bioskop mendadak ingin mendatangi gedung berlayar lebar itu.

Ya, seperti yang Anda mahfumi. Jauh sebelum pembuatannya, film ini sudah menggegerkan jagat infotainment tanah air. Dari agamawan (yang mayoritas) sampai orang perkampungan, dibuat penasaran oleh Miyabi alias Maria Ozawa. Wanita Jepang-Perancis cukup merebut perhatian masyarakat kita. Dan, ini merupakan promosi gratis bagi artisnya maupun filmnya.

Bahkan, gegap gempita Men*** Miyabi masih terdengar sampai sekarang. Lagi-lagi kelompok beragama yang menentang pemutaran film ini. Kelompok pembela islam (?) ini beralasan, film tersebut dapat merusak moral. Dan, bermaksud akan men-sweeping.

Kita patut hargai upaya yang akan dilakukan kelompok massa tersebut. Menjaga moral generasi muda, tentu harus dilakukan oleh siapa saja. Tapi, penjaga moral tidak selalu harus kelompok massa, organisasi pembela islam? Semua elemen dapat berpartisipasi.

Partisipan penjaga moral ini salah satunya ya LSF. Lembaga ini dibentuk oleh negara dan orang-orangnya ditunjuk oleh mereka yang berkompeten. Lembaga inilah yang menentukan layak tidaknya sebuah film diputar. LSF tidak sembarangan memberikan rekomendasi lulus sensor. LSF tentu dilengkapi alat perundangan seperti UU Anti Pornografi-Aksi, norma agama, dan sosial.

Keputusan LSF memiliki kekuatan hukum mengikat. Produser dan jaringan bioskop telah mendapatkan jaminan hukum. Wajar, jika mereka akhirnya menayangkan film ini. Perlindungan hukum telah diperoleh.

Nah, seandainya Men*** Miyabi ini terkena sweeping kelompok agama (yang entah badan hukumnya?), bisa diartikan rekomendasi lulus sensor LSF dilecehkan. Dan, merupakan sebuah lelucon jika sweeping ini benar-benar terjadi.

Kok lucu? Tentu saja. Lihat saja jadwal di bioskop. Tidak sedikit film yang hanya menyuguhkan setan dengan tubuh seksi. Bahkan, dari judulnya saja sudah cukup mengandung porno—batasan porno masih multitafsir. Contohnya, “Hantu **** Datang Bulan”, “Akibat Pergaulan ***”. Ini hanya beberapa contoh saja. Masih banyak film sejenis yang menyuguhkan—maaf—dada dan paha.

Membaca judulnya saja sudah terbayang seperti apa filmnya. Apalagi, melihat poster yang terpampang. Ummffhh menantang! Bandingkan dengan Men*** Miyabi. Seandainya, kaum (sok) agamawan tidak berbicara di koran, televisi, radio, dan lainnya. Belum tentu masyarakat luas tahu siapa Miyabi. Judul Men*** Miyabi sama sekali jauh dari kesan porno. Kecuali bagi orang yang pernah menyaksikan adegan Maria Ozawa dalam salah satu film esek-eseknya.

Menjadi sebuah ironi jika hanya film Men*** Miyabi yang jadi sasaran. Masih banyak film-film berbau pornografi—sekali lagi porno multitafsir—yang sama sekali tidak dimasalahkan. Barangkali, kita juga patut mempertanyakan kompetensi orang-orang yang ada di penyensoran film. Meski bersamaan dengan itu, kita wajib menghargai pemikiran dan penafsiran para ahli di LSF.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun